Selasa, 20 Maret 2012

Banyak investor tak kebagian sukuk ritel

Banyak investor tak kebagian sukuk ritel
JAKARTA. Masa penjualan Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) atau sukuk ritel seri SR-004, berakhir sudah. Permintaan beli mengalir deras selama masa pemesanan, hingga nilai order yang masuk mencapai Rp 19 triliun.

Pemerintah akhirnya hanya mengambil tawaran penempatan dana di SR-004 senilai Rp 13,6 triliun. "Ini nilai penjualan tertinggi dibandingkan emisi sukuk ritel seri-seri sebelumnya," ujar Rahmat Waluyanto, Direktur Jenderal Pengelolaan Utang Kementerian Keuangan, Senin (19/3).
Pemerintah menolak seluruh permintaan kenaikan jatah penjualan (upsize) yang diajukan para agen penjual senilai Rp 5,47 triliun. Alasan pemerintah, target Rp 13,6 triliun sudah tinggi.

Pemerintah menimbang profil jatuh tempo dan potensi risiko refinancing mengingat instrumen ini hanya memiliki tenor 3,5 tahun. Likuiditas yang berlimpah di awal tahun, juga menjadi alasan pemerintah untuk tidak mengambil seluruh tawaran penempatan dana yang diterima. "Kami juga menimbang ketersediaan aset dasar untuk sukuk, jangan sampai nanti habis untuk ritel saja karena nanti masih ada lelang sukuk non ritel juga," papar Rahmat.

Total investor SR-004 ini mencapai 17.606 investor. Sebanyak 82,6% atau 14.588 investor membeli Sukri senilai di bawah Rp 100 juta hingga Rp 1 miliar (lihat infografis).

Sukartono, analis obligasi BNI Securities, menilai, keputusan pemerintah tidak menyerap seluruh penawaran yang masuk juga dipengaruhi tingkat kupon. SR-004 berkupon 6,25%, bandingkan dengan SUN seri acuan tenor tiga tahun yang imbal hasilnya di bawah 5%. "Pemerintah pasti memperhitungkan biaya dana yang harus ditanggung," ujar dia.

Incar pasar sekunder
Luluk Mahfudah, Direktur Korporasi Bank Muamalat, menuturkan, dari total komitmen penjualan Rp 100 miliar, Muamalat mengajukan upsize menjadi Rp 120 miliar sesuai dengan pesanan pembelian yang masuk dari investor. Apa daya, permintaan upsize ditolak pemerintah. "Terpaksa sisanya tidak bisa dipenuhi. Kami akan mendaftar yang pesan lebih dulu," ujar dia.

Wientoro Prasetyo, Presiden Direktur Lautandhana Securindo, mengungkapkan, jatah penjualan Lautandhana sudah tercapai sebesar Rp 200 miliar. "Target terpenuhi, kami sudah tidak menerima pemesanan lagi," ujarnya.

Melonjaknya permintaan SR-004 di pekan terakhir pemesanan, tidak lepas dari penurunan bunga penjaminan LPS menjadi 5,5%. Itu berarti, bunga deposito bank ikut luruh. Imbasnya, "Para deposan banyak yang beralih ke Sukri," ujar Wientoro.

Sukri menjadi instrumen favorit menggantikan porsi deposito. "Selain risikonya kecil, sukri bisa jadi jaminan kredit dan likuid di pasar," imbuh Luluk.

Para investor yang tidak kebagian membeli di pasar perdana, bisa memburu instrumen tersebut di pasar sekunder. Sukartono memprediksi, harga SR-004 berpotensi meningkat 1% daripada harga at par selama satu minggu pertama diperdagangkan di pasar sekunder.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar