Selasa, 20 Maret 2012

IHSG Melaju, 3 Sektor Saham Dijagokan

INILAH.COM, Jakarta – Meski melemah dalam perdagangan tiga hari terakhir, hingga akhir pekan IHSG diprediksi merambat naik seiring bargaining position. Tiga sektor saham dijagokan. Apa saja?

Pada perdagangan Senin (19/3/2012), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG ) ditutup melemah tipis 3,80 (0,09%) ke level 4.024,733 dengan intraday tertinggi 4.043,194 dan terendah 4.012,542. Begitu juga dengan indeks saham unggulan LQ45 yang 0,72 poin (0,10%) ke angka 694,023.

Analis dari Capital Bridge Indonesia Aji Martono mengatakan, indeks saham domestik hanya melemah tipis dan belum terkapar. Ia memperkirakan, hingga akhir pekan, momentum kenaikan indeks masih ada tapi terbatas. “Support indeks berada di level 3.988 dan resistance 4.090,” katanya kepada INILAH.COM.

Dia menjelaskan, profit taking sudah terjadi dalam tiga hari terakhir karena beberapa saham sudah bersinyal jenuh beli (overbought). “Tapi, jika dilihat dari buying power-nya, masih cukup meningkat sehingga terbuka peluang bagi indeks untuk menguat dan berada pada level 4.000-an,” ujarnya.

Sementara itu, rencana penaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) sudah direspon oleh pasar tiga pekan lalu saat indeks turun ke 3.850 dan akhirnya terjadi technical rebound ke atas 4.000. “Karena itu, jika indeks mengalami penurunan hingga level dahsyatnya itu, akumulasi beli akan kembali terjadi,” tandasnya.

Dalam situasi ini, lanjut Aji, investor lebih banyak mengacu pada technical analysis dibandingkan fundamental. “Meskipun pada akhirnya, mereka melakukan bauran pembelian secara teknikal dan fundamental,” tuturnya.

Para investor, akan mengakumulasi beli pada saham-saham yang sudah mengalami penurunan dalam. “Sebab, saham-saham tersebut sebelumnya mengalami kenaikan terlebih dahulu. Karena itu, akumulasi beli bisa terjadi lagi hingga akhir pekan ini,” kata Aji tandas.

Lebih jauh Aji menjelaskan, penaikan harga BBM tinggal menunggu momentumnya apakah benar-benar direalsasikan per 1 April 2012 atau tidak. Dalam penantian ini, pasar cenderung spekulatif terutama pada saham-saham sektor pertambangan yang sudah turun tajam.

Saat rencana penaikan harga BBM mencuat, semua orang mengalihkan sahamnya ke sektor pertambangan. “Karena itu, pasar profit taking pada saham-saham tambang setelah harganya jenuh beli,” timpalnya. “Karena itu, sekarang ada sinyal lagi untuk akumulasi.”

Tapi, Aji menggarisbawahi, jika saham-saham pertambangan menguat pekan ini, bukan berarti sebagai respons positif atas kenaikan harga BBM. “Kenaikan itu, lebih dipicu oleh bargaining position pada saham-saham yang sudah melemah cukup dalam,” imbuhnya.

Hingga akhir pekan, benchmark pasar, masih pada saham utama yakni PT Astra Internasional (ASII) dan PT United Tractor (UNTR). “Pergerakan kedua saham ini, bisa dijadikan benchmark dibandingkan saham-saham yang lain seperti PT Perusahaan Gas Negara (PGAS), PT Jasa Marga (JSMR) dan PT Charoen Pokphand Indonesia (CPIN),” ujarnya.

Di atas semua itu, Aji merekomendasikan positif beberapa saham di sektor infrastruktur, properti dan tambang. “Saya masih melihat saham-saham dari ketiga sektor itu kemungkinan masih bisa bermain hingga akhir pekan,” ucap dia.

Saham-saham pilihannya, PT Jasa Marga (JSMR), PT Adhi Karya (ADHI), PT Wijaya Karya (WIKA), dan PT Pembangunan Perumahan (PTPP).

Sementara itu, saham-saham sektor properti, mendapat dukungan dari laju inflasi yang rendah dalam jangka pendek. Di sisi lain, tingkat suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI) juga masih akan relevan sehingga perbankan bisa membantu mendorong pertumbuhan di sektor properti.

Karena itu, Aji menegaskan, bargaining position akan terlihat pada saham-saham di sektor ini seperti PT Alam Sutera Realty (ASRI), dan PT Bumi Serpong Damai (BSDE). Begitu juga dengan saham-saham dari grup Ciputra seperti PT Ciputra Development (CTRA), PT Ciputra Property (CTRP) dan PT Ciputra Surya (CTRS).

Lalu, investor juga akan memilah saham-saham di sektor pertambangan sehingga terjadi akumulasi. Antara lain pada saham PT Perusahaan Gas Negara (PGAS) seiring rencana pembagian dividen dan PT Vale Indonesia (INCO).

“Saya rekomendasikan buy on weakness saham tersebut. Dalam fluktuasi market yang cepat seperti saat ini, harus ekstra hati-hati dan bijaksana, prudent dalam bertransaksi,” imbuh Aji.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar