Selasa, 20 Maret 2012

Sulitnya Menebak Arah Pasar Modal

INILAH.COM, Jakarta- Rencana penaikan harga BBM, ancaman inflasi serta kemungkinan naiknya BI rate, kini tengah menghantui pelaku pasar modal. Situasi inilah yang membuat para investor di pasar modal ragu untuk melangkah.

Sehingga, dalam beberapa hari ke depan investor masih akan memainkan jurus-jurus pendek. Dampaknya, seperti yang terjadi Senin (19/3/2012), indeks harga saham gabungan kembali terkoreksi 3,80 poin (0,09%) ke level 4.024,73.

Betul, dari Beijing China bertiup kabar yang menyejukan. Christine Lagarde, Direktur Pelaksana IMF, mengatakan perekonomian Amerika dan Eropa mulai pulih. Tapi, itu tak cukup kuat untuk mendongkrak perdagangan di Bursa Efek Indonesia (BEI).

Isu penaikan harga BBM membuat para investor tak berani melakukan investasi jangka menengah, apalagi jangka panjang. “Mungkin setelah harga BBM baru diumumkan, arah bursa akan mulai tampak jelas,” kata Fadillah Qudsi, analis Mega Capital Indonesia.

Fadillah memperkirakan, pekan ini indeks masih akan berkutat di kisaran 4.005-4.040. Beberapa saham unggulan yang terpuruk peka lalu, diyakini akan menguat. Misalnya saham PT Aneka Tambang (ANTM) dan PT Astra Agro Lestari (AALI).

Kendati diwarnai sentimen negatif, saham perbankan seperti PT Bank Rakyat Indonesia (BBRI) dan PT Bank Mandiri (BMRI) layak dikoleksi. Kendati dibayangi aksi profit taking, menurut Fadilla, IHSG berpotensi untuk menguat. “Indeks masih cenderung untuk menguat,” katanya.

Kemungkinan adanya penguatan indeks juga dikemukakan seorang analis PT Kresna Securities. Namun ia menyarankan investor untuk menghindar dari saham properti dan industri manufaktur. “Soalnya, penaikan harga BBM akan mengganggu penjualan mereka,” katanya. Apalagi, lanjutnya, di luar negeri muncul perkiraan bahwa harga minyak akan terus meroket. Selain minyak, harga pangan pun akan terus merangkak naik.

Kabar baiknya, seperti dikatakan Lagarde, perekonomian Amerika dan Eropa sudah mulai pulih. China juga akan mulai melonggarkan kebijakan uang ketatnya. Sehatnya ekonomi di tiga kawasan itu tentu akan menular ke mana-mana, termasuk Indonesia. [mdr]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar