Senin, 14 Maret 2011

BIPI menunda bayar utang jatuh tempo Rp 592 miliar

JAKARTA. PT Benakat Petroleum Energy Tbk (BIPI) gagal melunasi utang jatuh temponya dan berniat memperpanjang pembayaran utang kepada PT Indo Tambang Perkasa. Artinya, telah dua kali BIPI memperpanjang pembayaran utangnya yang jatuh tempo berupa promissionary notes alias surat utang jangka pendek kepada induk usahanya itu.

Sebelumnya, BIPI sudah memperpanjang pembayaran utang saat jatuh tempo pada 12 September 2010 selama enam bulan menjadi 12 Maret 2011. Nyatanya, kini, "Manajemen memutuskan untuk memperpanjang lagi selama enam bulan," ungkap Direktur BIPI Firlie Ganindito kepada KONTAN, Sabtu (12/3) lalu.

Jadi, BIPI baru akan membayar sisa utang mereka sebesar Rp 592,51 miliar pada 12 September 2011. Utang itu merupakan bagian dari promissionary notes senilai Rp 894,81 miliar yang dijual BIPI kepada Indo Tambang. Bunganya 5,6% per tahun.

Duit itu untuk membeli 37,15% saham PT Elnusa Tbk (ELSA) dari PT Tridaya Esta. BIPI telah melunasi promissionary notes sebesar
Rp 302,3 miliar. Dananya berasal dari pinjaman Amadia Investment senilai US$ 30 juta dengan bunga 12% per tahun. Jaminannya adalah 12,5% saham ELSA serta saham PT Delta Samudra, perusahaan batubara kepunyaan BIPI.

Namun, BIPI kesulitan membayar sisa utang dan hingga jatuh tempo belum mendapatkan dana segar. Maklum, kondisi kas perusahaan minyak dan gas bumi ini belum baik. Berdasarkan laporan keuangan BIPI per akhir September 2010, dana kas dan setara kas mereka hanya mencapai Rp 63 miliar.

Jual saham ELSA

Sebelumnya, manajemen BIPI sempat optimistis bakal bisa melunasi utangnya tepat waktu. Salah satu harapan sumber pendanaannya adalah menjual kepemilikan sahamnya di ELSA.

Firlie menilai cara inilah yang dapat dilakukan untuk melunasi utang. "Saat mengambil Elnusa, sebenarnya kami memikirkan untuk investasi jangka panjang di sana. Tapi ternyata saat ini keadaannya tidak sesuai," ungkap dia.

Tapi persoalannya, belakangan ini harga saham ELSA terus melorot dan jauh di bawah harga akuisisi. Sekadar informasi, BIPI membeli saham ELSA di harga Rp 330 per saham. Sedangkan pada Jumat (11/3) pekan lalu, harga saham ini Rp 295 per saham. Karena itu, BIPI dikabarkan mulai berpikir ulang menjual saham ELSA.

Selain berencana menjual saham ELSA, manajemen BIPI juga dikabarkan akan menerbitkan obligasi maupun saham baru alias rights issue. Namun, rencana tersebut juga sulit terealisasi, karena keadaan perekonomian dan kondisi perusahaan yang belum bagus.

Analis E-Trading Securities Teddy Dwitama mengatakan, perpanjangan pembayaran utang BIPI bisa mempengaruhi keuangan perusahaan tersebut. "Yang seharusnya beban itu bisa dihilangkan di kuartal satu ini, namun kali ini akan membebani mereka sampai September 2011," kata dia.

Teddy menambahkan, "Ini bisa sangat mempengaruhi investor karena terkesan BIPI tidak menepati omongannya dan apalagi ini bukan kejadian pertama."

Dia menyarankan, sebaiknya BIPI segera melepas saham ELSA jika kontribusi perusahaan itu tidak lagi menguntungkan atau tidak sesuai ekspektasi. Pasalnya, jika tidak segera dilepas, kondisi keuangan BIPI akan terus terbebani.

Nantinya, BIPI bisa menggunakan dana penjualan saham untuk mengembangkan bisnis. Maklum, tahun ini BIPI berniat mengakuisisi blok minyak dan gas baru dengan cadangan yang mencapai 40 juta barel. Selain itu, BIPI berniat mengakuisisi tambang batubara dengan jumlah cadangan 100 juta ton.

Sekadar tambahan informasi, hingga kuartal III-2010, BIPI masih membukukan rugi bersih Rp 96,32 miliar. Karena itu, Teddy belum bisa merekomendasikan saham BIPI, yang seharga Rp 89 per saham.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar