Kamis, 02 Juni 2011

Aliran Modal ke Negara Berkembang Bisa Capai US$ 1 Triliun

Washington - Aliran modal swasta ke negara-negara berkembang bisa mencapai US$ 1 triliun pada tahun 2011. Namun negara-negara berkembang diingatkan untuk menggunakan capital controls atau kontrol devisa untuk mengelola aliran modal yang luar biasa besar itu.

Demikian disampaikan asosiasi bankir internasional, Institute of International Finance seperti dikutip dari AFP, Kamis (2/6/2011).

IIF mengatakan, aliran modal swasta secara netto ke 30 negara emerging market kunci sepertinya akan mencapai US$ 1,04 triliun pada tahun 2011 dan meningkat menjadi US$ 1,056 triliun di 2012.

Aliran modal ke negara-negara berkembang telah melonjak hingga 55% pada tahun 2009 menjadi US$ 990 miliar, setelah perekonomian global keluar dari resesi ekonomi pada tahun tersebut.

"Tingkat aliran modal yang tinggi ke negara-negara berkembang merefleksikan meningkatnya peran negara-negara tersebut pada perekonomian global dan kinerja mereka yang sangat kuat relatif terhadap kematangan ekonomi dalam beberapa tahun terakhir," ujar Charles Dallara, managing director IIF yang berbasis di Washington tersebut.

"Secara keseluruhan, aliran-aliran modal ini memberikan kontribusi yang sangat positif pada pertumbuhan ekonomi global dan penting untuk dicatat bahwa sekitar 40% dari total yang dihitung adalah untuk investasi asing langsung," tambahnya.

Perkiraan baru untuk tahun 2011 dan 2012 adalah lebih tinggi sekitar US$ 80 miliar dibandingkan proyeksi IIF pada Januari lalu, terutama berkaitan dengan revisi naik untuk China dan Brasil.

IIF mengatakan, aliran modal di negara-negara berkembang Asia dan Amerika Latin -- yang sudah meningkat tajam pada 2010 karena booming perekonomian-- diprediksi akan sedikit turun di bawah level tersebut pada tahun 2011 dan 2012.

Di kawasan Timur Tengah-Afrika, yang dilanda kekacauan politik, aliran modal diprediksi turun secara signifikan di bawah level 2010, namun akan pulih pada tahun 2011.

Namun IIF mengingatkan, negara-negara mestinya menggunakan kontrol devisa guna mengontrol aliran modal tersebut, dan juga menggunakan metode lain dalam melawan inflasi, salah satunya dengan membiarkan mata uang mereka menguat.

"Tekanan inflasi jika dibandingkan dengan tingginya aliran modal, adalah ancaman terbesar untuk pertumbuhan ekonomi berkesinambungan di sebagian besar negara-negara berkembang," ujar Dallara.

(qom/qom)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar