Kamis, 08 Desember 2011

Fokus ke ECB, Rupiah Bakal Menguat

Headline
INILAH.COM, Jakarta - Kurs rupiah pada kontrak harga emas di London, Kamis (8/12) diprediksi menguat. Pasar berharap ECB akan lebih agresif memborong obligasi Eurozone.

Periset dan analis senior PT Monex Investindo Futures Albertus Christian mengatakan, potensi penguatan rupiah hari ini salah satunya karena pasar fokus pada Rapat Dewan Gubernur (RDG) European Central Bank (ECB) dan Bank of England (BoE). Menurutnya, pasar berharap panduan lebih lanjut soal penanganan krisis dengan harapan pelonggaran moneter dari ECB dan Quatitative Easing dari BoE.

Kondisi ini, lanjutnya, akan mendukung aliran capital inflow pada mata uang dengan yield yang lebih menarik di mata investor termasuk rupiah. "Karena itu, rupiah punya potensi penguatan menguji level 9.015 menuju level psikologis 9.000 per dolar AS. Sementara itu, potensi pelemahannya terbatas di level 9.055,” katanya kepada INILAH.COM.

Lebih jauh, Christian menambahkan, fokus pasar pada ECB, juga bukan hanya pada outlook ekonomi Eropa ke depannya, tapi juga penanganan bank sentral atas krisis utangnya. Diperkirakan, ECB akan membeli obligasi secara agresif.

Hal itu, menurut Christian, menunjukkan adanya keseriusan dari ECB untuk mengontrol pasar obligasi sehingga pasar global kembali stabil. "Sementara itu, suku bunga ECB diperkirakan dipangkas," timpalnya.

Hanya saja, kata Christian, sebelumnya, Presiden ECB Mario Draghi sudah memberikan sinyal bahwa semua kebijakan ECB itu akan menunggu sinyal dari hasil KTT Uni Eropa selesai.

Penguatan rupiah juga mendapat dukungan dari peluang BI rate yang masih tetap di level 6% setelah terlebih dahulu dipangkas 50 basis poin. "Saat ini, suku bunga ECB justru baru mau berubah turun sehingga terbentuk equilibrium baru antara mata uang rupiah dengan mata uang negara G7," ucapnya.

Karena itu, Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia, Kamis (8/12) ini diperkirakan bakal mempertahankan BI rate di level 6% sehingga tidak jadi tekanan negatif bagi rupiah. "Secara keseluruhan, BI rate di level 6% dengan kuatnya cadangan devisa untuk mengintervensi rupiah dan pertumbuhan ekonomi Indonesia yang sesuai target masih mendukung pasar untuk memperkuat rupiah," tandas Christian.

Apalagi, di sisi lain, penguatan rupiah juga karena intervensi dari Bank Sentral yang mempertahankan rupiah di bawah level 9.100 hingga akhir Desember 2011. "Ini tampak secara teknikal, rupiah sudah memperlihatkan garis divergent sehingga memberikan short term pengautan," imbuhnya.

Asal tahu saja, kurs rupiah di pasar spot valas antar bank Jakarta, Rabu (7/12) ditutup melemah tipis 2 poin (0,02%) ke level 9.033/9.043 per dolar AS.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar