Rabu, 28 Desember 2011

Pilih Saham Target Window Dressing

INILAH.COM, Jakarta – Laju IHSG hingga penutupan diprediksi melemah. Tapi, saham-saham berfundamental kuat dan berkapitalisasi besar bakal jadi target window dressing.

Pada sesi pertama perdagangan Rabu (28/12), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melemah 16,31 poin (0,43%) ke level 3.773,111. Begitu juga indeks saham unggulan LQ45 yang turun 4,25 poin (0,63%) ke angka 665,766.

Laju indeks siang ini sangat sepi, hanya didukung oleh volume transaksi yang tercatat mencapai 1,06 miliar lembar saham di pasar reguler dan total mencapai 4,3 miliar. Sementara itu, nilai transaksi hanya mencapai Rp608,4 miliar di pasar regular dari total Rp1,01 triliun dan frekuensi 39.921 kali.

Sebanyak 89 saham menguat, sedangkan 97 saham melemah dan 111 saham stagnan. Hanya saja, pelemahan indeks, justru diwarnai aksi beli dari investor asing yang mencatatkan transaksi nilai beli bersih (net foreign buy) sebesar Rp91,4 miliar. Rinciannya, transaksi beli mencapai Rp278,8 miliar sedangkan transaksi jual sebesar Rp187,4 miliar.

Mayoritas sektor saham mendukung pelemahan indeks. Saham sektor infrastruktur memimpin pelemahan 0,78%, disusul keuangan 0,68%, pertambangan 0,57%, aneka industri 0,44%, industri dasar 0,36%, manufaktur 0,31%, perkebunan 0,19%, konsumsi 0,16%, dan perdagangan 0,02%. Hanya sektor properti yang menguat 0,48%.

Kepala Riset Valbury Asia Securities Alfiansyah memperkirakan, laju indeks saham domestik hingga penutupan sore nanti bakal melemah. “Support indeks berada di level 3.763 dan resistance 3.811,” katanya kepada INILAH.COM, di Jakarta, Rabu (28/12).

Menurutnya, pelemahan indeks hari ini salah satunya dipicu oleh kondisi eksternal yang tidak mendukung sehingga memiliki risiko yang tinggi bagi market. Karena itu, pelaku pasar lebih memilih untuk memegang cash dibandingkan transaksi saham. “Pasar masih melihat bayang-bayang negatif yang bisa menekan kondisi pasar,” ujarnya.

Momentum itu, dimanfaatkan untuk aksi ambil untung (profit taking) seiring minimnya insentif ke pasar untuk mengimbangi sentiment negatif. “Kecuali, jika ada berita yang signfikan positifnya. Tapi, hingga penutupan hari ini insentif positif itu di market diperkirakan tidak muncul,” ungkap Alfiansyah.

Bayang-bayang negatif, lanjtunya, datang dari Eropa di mana pasar menghawatirkan ancaman downgrade dari lembaga pemeringkat pada awal 2012. Berbagai lembaga akan kembali mengkaji semua peringkat utang kawasan eurozone. “Dikhawatirkan, mereka tidak akan segan-segan untuk kembali men-downgrade peringkat utang Uni Eropa,” paparnya.

Lalu, pasar juga masih mencemaskan lonjakan yield obligasi Eropa pada tiap lelang yang memberikan pengaruh cukup kuat pada pasar modal global. Di sisi lain, pasar masih menantikan rencana AS untuk melanjutkan program stimulus ekonomi yakni Quantitative Easing (QE) tahap ketiga. “Jika direalisasikan, seharusnya jadi sentiment positif di market. Sebab, kebijakan itu diekspektasikan akan mendongkrak perekonomian AS menjadi lebih baik pada 2012,” tuturnya.

Dalam situasi market yang tak pasti, menurutnya, strategi yang cocok adalah pola trading jangka pendek pada saham-saham yang berfundamental kuat dan berkapitalisasi besar. Memang, dalam tekanan jual yang kuat, saham-saham dalam kategori ini juga bakal terimbas negatif. “Tapi, saham-saham ini berpeluang jadi penggerak indeks untuk membentuk pola window dressing dalam 3 hari sisa perdagangan 2011,” ucapnya.

Saham-saham pilihannya adalah PT Astra Internasional (ASII), PT Bank Mandiri (BMRI), PT Bank Rakyat Indonesia (BBRI), PT Telkom (TLKM), PT Indofood Sukses Makmur (INDF), PT Semen Gresik (SMGR), PT Indocement Tunggal Prakasa (INTP), PT Bukit Asam (PTBA), PT Astra Agro Lestari (AALI) dan PT United Tractor (UNTR). “Saya rekomendasikan buy on weakness saham-saham tersebut dengan pola trading jangka pendek,” imbuhnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar