Senin, 21 Maret 2011

Laba bersih UNSP melejit hingga 218%



Date : Mar 21 2011, 08:46
Title : News Story
Header : Laba bersih UNSP melejit hingga 218%


Story
=======================================================================================
JAKARTA. PT Bakrie Sumatra Plantations Tbk (UNSP) mencetak pertumbuhan
laba bersih yang jangkung selama tahun 2010. Berdasarkan laporan keuangan yang
telah diaudit, laba bersih UNPS meningkat 218% year-on-year menjadi Rp 805,63
miliar. Namun pertumbuhan penjualan bersih UNSP untuk 2010 hanya 29% per tahun
menjadi Rp 3 triliun.
Direktur Utama UNSP Ambono Janurianto pernah menyatakan, penyebab laba
bersih sepanjang 2010 melonjak adalah kenaikan harga minyak sawit mentah dan
karet, masing-masing sekitar 65% dan 35%.
Penjualan crude palm oil (CPO) dan berbagai produk turunannya menyumbang
Rp 2,42 triliun bagi seluruh pendapatan UNSP. Selain itu, UNSP membukukan
penjualan tandan buah segar (TBS) senilai Rp 268,15 miliar, oleokimia Rp 21,61
miliar dan toll fee Rp 5,39 miliar. Dari penjualan karet, UNSP mengantongi Rp
989,02 miliar.
Di periode yang sama, beban pokok penjualan UNSP hanya naik 3,59% menjadi
Rp 1,71 triliun. Ini yang menyebabkan laba kotor UNSP bisa melejit 92,16%
hingga Rp 1,29 triliun sepanjang 2010.
Pos beban usaha UNSP meningkat 118,78% menjadi Rp 442,31 miliar. Laba
usaha UNSP sepanjang 2010 senilai Rp 849,96 miliar atau naik 80,72% dari tahun
sebelumnya.
Laba bersih untuk 2010 melejit lebih tinggi karena UNSP menikmati
penghasilan lain-lain senilai Rp 139,18 miliar. Tahun lalu, UNSP menderita
beban lain-lain Rp 102,46 miliar.
Pendapatan lain-lain tersebut berasal dari laba atas penghapusan bunga
pinjaman senilai Rp 525,98 miliar. Di 2009, UNSP tidak mendapat penghasilan
dari pos ini.
UNSP juga menikmati keuntungan dari selisih nilai tukar untuk 2010 sebesar
Rp 207,56 miliar, atau naik 50,39% dari tahun sebelumnya. Ada pula penghasilan
bunga yang besarnya Rp 61,24 miliar, meningkat hingga 20 kali lipat daripada
2009.
Hasil akuisisi
UNSP masih memiliki kewajiban sebesar US$ 12 juta kepada Spinnaker Global
Emerging Markets Gund Ltd. Pinjaman dari lembaga keuangan asing itu mengalir ke
anak perusahaan UNSP, yaitu PT Eramitra Agrolestari senilai US$ 9 juta serta PT
Jambi Agrowijaya (US$ 3 juta). Tenor pinjaman 5 tahun dan jatuh tempo pada 2013
mendatang. Adapun bunga yang dikenakan 10,8%.
Dalam laporan keuangan hingga akhir 2010 tersebut, UNSP tidak memasukkan
akuisisi yang berlangsung sepanjang Maret-Desember 2010. Dalam catatan KONTAN,
UNSP mengakuisisi 11 perusahaan di bidang sawit maupun investasi. Total nilai
akuisisinya Rp 1,75 triliun.
Perusahaan yang diakuisisi UNSP di antaranya adalah Agri International
Resources Pte Ltd, PT Monrad Intan Barakat, PT Citalaras Cipta Indonesia, PT
Julang Oca Permana. UNSP juga mengambil alih enam perusahaan yang berinduk ke
PT Domba Mas Group. UNSP sebenarnya berpotensi menanggung beban operasional
lebih tinggi karena lima perusahaan yang diambil alih itu belum beroperasi.
Analis AM Capital Janson Nasrial menilai, seharusnya UNSP memasukkan
transaksi itu ke dalam neraca keuangannya. "Jika dimasukkan, laba bersih UNSP
bisa lebih rendah dari yang dicatatkan," ujar dia.
Dia juga menduga, kenaikan laba bersih UNSP hanya sekali terjadi dan tidak
bersifat berkelanjutan. Alasan Janson, penyebab pertumbuhan penjualan
semata-mata kenaikan harga di pasar dunia Itu sebabnya, Janson tidak
merekomendasikan pembelian saham UNSP. Bahkan, "Yang terlanjur pegang, lebih
baik menjual," kata dia. Ia menaksir harga UNSP bisa jatuh ke Rp 450 per saham.
Harga UNSP, Jumat (18/3), naik 2,94% menjadi Rp 350 per saham.
[ Amailia Putri Hasniawati ]
KONTAN Mon, 21 Mar 2011 ( 08:38:04 WIB )
=======================================================================================

Tidak ada komentar:

Posting Komentar