Senin, 21 Maret 2011

Bunga rendah, emiten beli lagi obligasi

Date : Mar 21 2011, 08:47
Title : News Story
Header : Bunga rendah, emiten beli lagi obligasi


Story
=======================================================================================
JAKARTA. Beberapa perusahaan penerbit obligasi melakukan aksi beli kembali
(buyback) obligasi mereka yang sudah beredar. Alasan emiten membeli kembali
obligasinya adalah menata ulang struktur utang masing-masing.
Analis Obligasi dan Manajer Investasi PT Batavia Prosperindo Aset
Manajemen Angky Hendra menilai langkah beberapa perusahaan melakukan buyback
obligasi wajar. "Saat ini waktu yang tepat bagi emiten untuk melakukan buyback
obligasi dan menerbitkan obligasi yang baru dengan tingkat bunga yang berlaku
sekarang," ujar Angky, akhir pekan lalu (18/3).
Tingkat bunga acuan kini relatif rendah. Sementara di masa depan ada
peluang kenaikan tingkat suku bunga.
Contoh perusahaan yang melakukan buyback adalah PT Mobile-8 Telecom Tbk
(FREN). Perusahaan telekomunikasi yang kini bernaung di bawah Grup Sinarmas
itu, berniat membeli kembali obligasi terbitan tahun 2007 senilai Rp 606,50
miliar.
Namun FREN tidak melunasi pembelian kembali obligasinya dengan dana tunai,
melainkan dengan saham seri B (debt to equity conversion).
Harga konversi utang ke saham ini sebesar Rp 50 per saham. "Total nilai
utang yang akan dikonversi menjadi saham setara dengan 105% dari nilai pokok
obligasi," ujar Chris Taufik, Sekretaris Perusahaan FREN.
PT Berau Capital Resources, anak perusahaan PT Berau Coal Energy Tbk
(BRAU), awal Maret lalu juga mengumumkan penawaran pembelian kembali guaranteed
senior secured notes yang diterbitkan perseroan tersebut. "Dalam pengumuman
ini, para pemegang surat utang diberikan waktu selama 30 hari untuk memberi
tanggapan," kata Chief Financial Officer BRAU John Ramos dalam keterbukaan
informasi pada BEI.
Arus kas lancar
Analis Obligasi Andalan Artha Advisindo (AAA) Sekuritas Helmi Therik
melihat tren buyback obligasi tersebut wajar di saat pasar menganggap bunga
yang berlaku masih rendah. Langkah seperti ini biasanya diambil oleh perusahaan
yang menerbitkan obligasi jangka panjang.
Para analis menuturkan, perusahaan yang menerbitkan obligasi saat bunga
masih tinggi bisa mengurangi beban bunga dengan membeli kembali obligasinya
saat ini. "Emiten mendapat untung dengan buyback saat bunga di pasar lebih
rendah daripada bunga di saat penerbitan obligasi. Hal ini akan memberi
kesempatan pada emiten untuk mengganti utang biaya tinggi dengan surat utang
berbiaya rendah," terang Angky.
Sekadar mengingatkan, BI rate sempat mencapai 12,75% di tahun 2006 silam.
Setelah itu, bunga acuan terus melandai hingga jadi 6,5% pada Agustus 2009. Dan
Februari 2011 naik menjadi 6,75%.
Helmi menuturkan, dengan membeli kembali obligasi yang memiliki kupon
bunga tinggi dan menerbitkan obligasi baru dengan kupon lebih rendah, arus kas
perusahaan akan lebih lancar. Ujung-ujungnya, penerbit obligasi bisa
memperkecil risiko kekeringan likuiditas.
Analis menilai tren buyback obligasi ini bisa terus berlanjut di 2011.
Perusahaan akan memanfaatkan momen sebelum suku bunga naik lagi.
[ Dyah Ayu Kusumaningtyas ]
KONTAN Mon, 21 Mar 2011 ( 08:42:15 WIB )
=======================================================================================

Tidak ada komentar:

Posting Komentar