Senin, 18 April 2011

Regional & Grup Astra Ganduli IHSG Pekan Ini

INILAH.COM, Jakarta - Laju IHSG pekan ini diprediksi variatif. Peluang negatifnya sentimen regional dan grup Astra, menganduli gerak market. Tapi, ada peluang pada saham-saham bank, semen dan perkebunan.

Head of Research PT Universal Broker Indonesia Satrio Utomo mengatakan, potensi variatif (mixed)-nya pergerakan market pekan ini, salah satunya karena faktor teknikal. Menurutnya, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG ) akhir pekan lalu ditutup di level Rp3.730 yang merupakan resistance pertama. Sedangkan resistance keduanya di level 3.735.

Karena itu, dari sisi ini, arah market pekan ini masih berat untuk mencapai level resistance 3.750-3.789 yang merupakan rekor tertinggi sepanjang sejarah. Karena itu, dengan sentimen yang ada saat ini, indeks belum tentu mencapai level rekor baru itu.

“Indeks memiliki level support 3.700. Jika support tersebut ditembus, indeks bakal terkoreksi ke level 3.675-3.600,” katanya kepada INILAH.COM, di Jakarta, Minggu (17/4). Pada perdagangan Jumat (15/4), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG ) ditutup menguat 22,53 poin (0,61%) ke level 3.730,512.

Apalagi, lanjut Satrio, arah bursa Dow Jones memperlihatkan penurunan sehingga bisa memicu kontraksi di bursa saham regional dan jadi tekanan bagi IHSG. Dalam sepekan terakhir, Dow Jones bergerak turun. “Jika Dow berada di bawah support 12.300, trennya sudah mulai turun,” ujar Satrio.

Di sisi lain, pascagempa Jepang, Jumat (11/3), bursa regional naik terlalu tinggi dan cepat. Karena itu, kecenderungan untuk profit taking lebih besar.

Tapi, Satrio menggarisbawahi, kalaupun indeks turun, hanya bersifat jangka pendek. Untuk jangka menengah panjang, trennya masih menguat. Sebab, dari dalam negeri, sentimen positifnya masih banyak seiring akan dirilisnya kinerja emiten untuk kuartal pertama 2011. “Artinya, untuk melemah jauh pun, masih susah bagi IHSG,” ujarnya.

Menurutnya, investor menunggu dirilisnya laporan kinerja keuangan berbagai emiten untuk kuartal pertama 2011 yang diharapkan memberikan sentimen positif. “Tapi, pada intinya orang masih menunggu apakah indeks bisa mencapai level tertinggi baru lagi atau tidak,” ungkapnya.

Satrio sendiri memperkirakan baru di kuartal kedua 2011 ini, IHSG berpeluang mencapai rekor yang baru di atas 3.789. Rekor tersebut belum akan dicapai pada April ini. Sebagian besar emiten diekspektasikan mencatatkan laba bersih yang positif di kuartal pertama 2011. “Terutama terkait kenaikan harga komoditas. Begitu juga dengan perbankan,” tuturnya.

Di antaranya, bank Mandiri yang mendapat keuntungan dari Initial Public Offering (IPO) PT Garuda Indonesia (GIAA) Rp2,5 triliun yang belum masuk di laporan kinerja akhir 2010. “Jadi, untuk kuartal pertama positif,” tuturnya.

Tapi, pasar juga memikirkan apa yang akan terjadi dan tidak hanya bertumpu pada optimisme laba di kuartal pertama. Pasar juga mencermati kondisi yang sedang terjadi saat ini. “Untuk kuartal kedua dan seterusnya, orang mengantisipasi gangguan yang terjadi di grup Astra pacagempa dan tsunami Jepang,” ungkapnya.

Memang menurut Satrio, PT Astra Internasional (ASII) berpeluang mencatatkan laba positif di kuartal pertama tahun ini. Tapi, belakangan, emiten sektor otomotif ini dikabarkan menutup 5 pabriknya di Eropa akibat kekurangan suku cadang. “Karena itu, di kuartal dua, labanya berpeluang turun sehingga membebani laju IHSG karena kapitalisasinya yang besar,” imbuhnya.

Karena itu, untuk jangka pendek, pasar masih mengkhawatirkan tekanan jual lanjutan di saham-grup Astra. “Jika IHSG mengayun ke bawah, pasar akan lebih melirik saham lain dulu di luar grup Astra,” tuturnya.

Pada saat yang sama, Satrio juga mewanti-wanti agar pelaku pasar hati-hati pada saham-saham batu bara. Sebab, kinerja di sektor ini untuk full year 2010, tidak terlalu menggembirakan. Apalagi, jika kinerja kuartal pertama 2011, kurang positif. “Minat investor atas saham di sektor ini akan berkurang sehingga sentimennya adalah bearish di market,” tuksnya.

Jika dilihat dari rata-rata harga batu bara yang bertenger di atas US$123 per metrik ton memang bisa memacu kinerja emiten di sektor ini. Tapi, kondisi itu, belum tentu bisa mengejar ketertinggalan selama full year 2010.

Dia mencontohkan, kinerja PT Indo Tambangraya Megah (ITMG) 2010 yang turun 30% di bawah ekspektasi. Tapi, para analis tidak menurunkan ekspektasinya atas saham ini di kuartal I/2011. “Karena itu, saat kinerjanya dirilis untuk kuartal pertama 2011, bakal mengecewakan,” papar Satrio.

Dalam situasi ini, Satrio merekomendasikan positif saham-saham di sektor perbankan, semen dan perkebunan karena berpeluang bullish. Kalaupun turun, menurutnya, justru menjadi kesempatan emas untuk beli.

Saham-saham pilihannya, PT Bank Rakyat Indonesia (BBRI) dan PT Bank Mandiri (BMRI), masing-masing di bawah Rp6.000 dan Rp6.500, PT Indocement Tunggal Prakarsa (INTP).

Lalu saham PP London Sumatera Indonesia (LSIP) seiring cum dividen yang signifikan dan PT Astra Agro Lestari (AALI). “Dengan kesulitan yang terjadi di ASII, AALI diharapkan bisa jadi konvensasinya,” urainya.

Sementara itu, di sektor pertambangan hanya PT Perusahaan Tambang Bukit Asam (PTBA) yang direkomendasikan positif. Dia merekomendasikan buy on weakness semua saham tersebut. “Jika IHSG menembus 3.900-4.100 semua saham pun sangat menarik,” imbuhnya. [mdr]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar