Selasa, 27 Desember 2011

Bauran Teknikal-Fundamental Maksimalkan Profit

INILAH.COM, Jakarta – Market masuki momentum window dressing, disusul Januari Effect 2012. Strategi yang membaurkan indikator teknikal dan fundamental dinilai bisa memaksimalkan profit.

Pada perdagangan Jumat (23/12), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG ) ditutup menguat tipis 1,71 poin (0,05%) ke level 3.797,151 dengan intraday tertinggi 3.821,988 dan terendah 3.777,024. Begitu juga dengan indeks saham unggulan LQ45 yang naik 0,41 poin (0,06%) ke level 671,388.

Analis dari Capital Bridge Indonesia Aji Martono mengatakan, window dressing menjadi momentum bagi para fund manager untuk memperbaiki performance portofolio pada tutup buku 2011. Karena itu, menurutnya, banyak harga saham-saham yang akan lebih baik dari harga sebelumnya.

Akibatnya, kata dia, hingga akhir 2011, IHSG berpotensi ditutup di level 3.850-3.900 yang merupakan titik resistance dengan sisa perdagangnan 4 hari lagi untuk 2011. “Tapi, dengan apresiasi dari Fitch Rating yang memberikan gelar investment grade dan bakal disusul oleh Moody’s dan S&P, akan membuat semakin atraktifnya investasi di lantai bursa,” katanya kepada INILAH.COM.

Lalu, lanjut Aji, pada momentum January Effect 2012, level 3.900 bakal ditembus sebelum mencapai target resistance 4.000 pada Januari. “Indeks akan kembali pada titik psikologis 4.000 dengan asumsi investment grade,” tandasnya.

Di sisi lain, dia menilai, krisis utang Eropa, justru akan membuat investor mengalihkan dana-dana segarnya ke Asia dan melihat grade yang bagus yang tidak lain adalah Indonesia. “Memang, January Effect tidak akan terjadi pada awal-awal bulan, melainkan setelah para fund manager selesai berlibur akhir 2011,” tuturnya.

Para fund manager, menurutnya, akan melirik saham-saham yang berfundamental kuat, terutama saham-saham bluechip yang pada 2011 memberikan profit signifikan. Mereka akan mengakumulasi kembali saham-saham tersebut sehingga terefleksi positif pada pergerakan IHSG.

Selain itu, lanjutnya, para fund manager juga berburu dividend yield pada saham-saham yang berfundamental kuat. Apalagi, mereka juga melihat laju invetasi di Indonesia cukup bagus sehingga memberikan ruang besar bagi capital gain pada 2012. “Inilah yang akan dilakukan pada Januari 2012,” timpalnya.

Secara historis, ucap Aji, January effet, dilakukan pada pekan kedua bulan Januari. Itu juga yang mungkin terjadi pada Januari 2012. “Bahkan, sangat mungkin hingga pekan pertama Februari, mereka bargaining position,” tandas Aji.

Adapun, saham-saham yang berpeluang terdongkrak window dressing dan January Effect, menurutnya, adalah saham-saham berkapitalisasi besar yang menjadi index mover dan saham-saham berfundamental bagus BUMN. Di antaranya PT Telkom (TLKM), PT Semen Gresik (SMGR), PT Bank Mandiri (BMRI), PT Bank Rakyat Indonesia (BBRI). “Hampir semua saham BUMN cukup menarik karena punya good will yang menarik,” tuturnya.

Termasuk juga, saham-saham di sektor konstruksi seperti PT Wijaya Karya (WIKA), PT Pembangunan Perumahan (PTPP) dan PT Adhi Karya (ADHI). Begitu juga dengan PT Jasa Marga (JSMR) yang mendiversifkasi usahanya ke sektor properti.

Lalu, seiring konversi minyak ke gas dan UU Agraria, PT Perusahaan Gas Negara (PGAS) akan lebih mudah menyalurkan gasnya. “Karena itu, jika terjadi technical correction pada saham-saham tersebut sebaiknya investor jeli mengakumulasi saham-saham tersebut,” paparnya.

Di atas semua itu, Aji menyarankan, agar pelaku pasar tetap hati-hati dalam trading. Ia menyarankan untuk membaurkan strategi teknikal dan fundamental. Tindakan ini dinilainya bisa memaksimalkan profit dan mengurangi kerugian. “Seiring investment grade, januari Effect 2012 bisa jauh lebih atraktif dibandingkan tahun-tahun sebelumnya,” imbuhnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar