Jumat, 30 Desember 2011

Bursa Waspada, Harga Minyak Masih Liar

INILAH.COM, Jakarta - Harga minyak, yang pekan ini kembali menguat, benar-benar membuat frustasi para pelaku di pasar modal. Betapa tidak? Gara-gara si emas hitam yang sulit dipegang buntutnya ini, banyak prediksi yang gugur di tengah jalan.

Itu sebabnya, ketika Kamis ini (29/12) indeks menguat 21,52 poin (0,57%) ke level 3.790,73, para analis pun tidak segera memberi kesimpulan bahwa pasar telah bullish. Soalnya, menurut mereka, pergerakan harga minyak bisa membalikan keadaan dalam waktu yang sangat singkat.

Seperti diketahui, Selasa kemarin Irak untuk telah mengeluarkan ancaman untuk memblokade selat Hormuz. Setiap hari, pengiriman minyak melalui selat ini mencapai 15,5 juta barel.

Ancaman yang disampaikan Wakil Presiden Iran Mohammad Reza itu keluar setelah sebelumnya Amerika dan Eropa menyatakan akan mengembargo minyak dari negara penghasil minyak kedua terbesar di dunia itu. Akibatnya, di bursa NYMEX, harga kontrak minyak jenis West Texas langsung melejit di atas US$ 100 per barel.

Bagi pelaku pasar modal, lonjakan harga minyak ini bisa dipandang dari dua sisi. Pertama, kejadian ini dapat berdampak positif terhadap emiten sektor komoditi karena harganya akan ikut terdongkrak oleh harga minyak. Tapi, di sisin lain, negara industri akan berupaya agar harga minyak di bawah US$ 100 per barel.

Kekuatan inilah yang membuat harga minyak tidak selalu berada di posisi menanjak. “Harga minyak bisa naik turun dengan cepat karena permainan para spekulan,” kata seorang analis Kresna Securities.

Tak mudak ditebak, memang. Namun, jangan dilupakan, pasar saham juga bakal dikelilingi sentimen positif. Selain didorong aksi window dressing dan January Effect, indeks juga diperkirakan akan menguat akibat ditopang kenaikan harga komoditas.

Karena itu, sejumlah analis merekomendasikan untuk mengoleksi saham seperti PT Medco Energy (MEDC), PT Gas Negara (PGAS) dan PT Tambang Batubara Bukit Asam (PTBA). Selain itu, sektor yang berkaitan dengan penurunan tingkat suku bunga juga layak dipertimbangkan investor. Misalnya, PT Astra Internasional (ASII), PT Bakrie Development (ELTY) dan PT Holcim (SMCB).

Meski banyak pilihan, tetapi investor dianjurkan untuk tetap waspada. Alasannya, ya itu, harga minyak bisa berubah setiap saat tanpa dapat diperkirakan sebelumnya. [mdr]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar