Rabu, 25 Januari 2012

IHSG Masih Dapat Bergerak Positif ke Depannya

INILAH.COM, Jakarta – IHSG diprediksi bakal terus bergerak positif. Kinerja emiten dan pemulihan ekonomi di AS, positifnya bursa Asia, konflik Selat Hormuz dan investment grade jadi katalisnya.

Pengamat pasar modal David Cornelis mengatakan hal itu kepada INILAH.COM. Salah satu katalis market adalah investment grade. Memang menurutnya, naiknya investment grade Indonesia sudah terfaktorkan sentimennya dalam jangka pendek. Hanya saja, dalam jangka panjang, gelar itu tentu masih akan menarik masuknya investasi asing dalam bentuk langsung (FDI)yang lebih besar lagi di atas US$20 miliaratau bertumbuh hingga 25%.

Menurutnya, China berperan dengan US$116 miliar FDIitu.Di sisi lain, dalam waktu dekat Investment Grade dari Standard & Poor's Rating Service (S&P)juga segera menyusul Fitch dan Moodysyang akan lebih memacu peningkatan risk appetite (hasrat) para pelaku pasar. “Ini otomatis memperkuat rupiah dan naiknya IHSG ke depannya untuk jangka menengah,” katanya kepada INILAH.COM.

Pada perdagangan Selasa (24/1), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG ) ditutup menguat 8,07 poin (0,20%) ke level 3.994,583 dengan intraday tertinggi 4.038,7850 dan terendah 3.985,507. Begitu juga indeks saham unggulan LQ45 yang naik 1,92 poin (0,27%) ke angka 705,784. Berikut ini wawancara lengkapnya:

IHSG gagal bertahan di atas 4.000. Bagaimana Anda melihat arah IHSG berikutnya?
Saya perkirakan, IHSG masih dapat bergerak positif ke depannya. Indeks masih tetap 'terjaga' dalam trading range support 3.964dan resistance 3.997yang relatif sempit. Dua titik tersebut sebagai level penentu pergerakan IHSG dalam jangka pendek, setelah tidak kuat melakukan terobosan ke atas 4.000.

Ada risiko penurunan?
Ya. Sementara itu, risiko penurunan IHSG ada hingga level psikologis 3.900-3.822. Risiko itu, muncul setelah gagal ke-5 kalinya bertahan di atas level 4.000dengan berbagai event maupun pola market.

Lantas, faktor apa saja yang membuat indeks bisa bergerak positif?
Penguatan market salah satunya ditopang oleh pergantian tahun Naga (yang berdasarkan kalender bulan) belum terjadi pada pergantian ‘musim semi’ 23 Januari. Pergantian tahun itu akan terjadi pada 4 Februari (sesuai kalender matahari) mendatang.

Pada hari itu juga, tepat satu pekan setelah bursa saham Wall Street disibukkan dengan ‘musim pendapatan’ (earning season) laporan keuangan dari para emiten. Angkanya sudah diekspekasikan masih akan lebih baik dari perkiraan pasar. Meskipun, tidak akan sebaik kuartal III-2011. Laba emiten yang melebihi ekspektasiberkontribusi positif pada pergerakan bursa saham.

Bagaimana dengan data-data makro ekonomi AS sendiri?
Begitu juga dengan data ekonomi AS yang mengkonfirmasi adanya pemulihan perlahan di tengah pergulatan Eropamengatasi krisis utang. Semua itu, relatif mengontribusi sentimen positif ke bursa.

Di sisi lain, pelaku ekonomi, juga menanti hasil pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) The Fed selama dua hari yang dimulai pada hari Selasa (24/1)dan tidak ada ekspektasi perubahan kebijakan.

Beberapa data ekonomi juga akan dirilis seperti data penjualan rumah akhir tahun, data klaim tunjangan pengangguran, data pesanan barang tahan lama untuk bulan Desember, penjualan rumah baru, serta produk domestik bruto AS untuk kuartal IV 2011.

Sementara itu, data pengangguran Amerika turun ke level terendahnya sejak 4 tahun lalu. Begitu juga dengan laporan Initial Jobless Claim Amerika mingguan yang menununjukkan penurunan ke level terendah sejak April 2008.

Wall Street sendiri bagaimana?
Pada saat yang sama, pergerakan saham-saham Wall Street masih memberi catatan kinerja positif sejak Natal hingga pekan kemarin. Santa Claus rally yang sedikit telat dibarengi dengan January Effect.

Regional Asia?
Dari regional, bursa saham Asia juga menduduki level tertinggi dalam 2 bulan terakhir pada penutupan akhir pekan lalu.

Bagaimana dengan faktor domestik?
Dari dalam negeri, kabar positif naiknya investment grade Indonesia sudah terfaktorkan sentimennya dalam jangka pendek. Hanya saja, dalam jangka panjang, gelar itu tentu akan masih menarik masuknya investasi asing dalam bentuk langsung (FDI)yang lebih besar lagi di atas US$20 miliaratau bertumbuh hingga 25%. Di saat yang sama China berperan dengan US$116 miliar FDI.

Dalam waktu dekat Investment Grade dari Standard & Poor's Rating Service (S&P)juga segera menyusul Fitch dan Moodysyang akan lebih memacu peningkatan risk appetite (hasrat) para pelaku pasar. Ini otomatis memperkuat mata uang Rupiah dan naiknya IHSG ke depannya untuk jangka menengah.

Apa signifikansi gelar investment grade bagi ekonomi Indonesia?
Setelah menunggu 14 tahun untuk masuk kembali ke zona investasi oleh lembaga pemeringkat, profil ekonomi Indonesia lebih solid berjalan beriringan dengan negara-negara unggulan di ‘dunia ketiga’ yang tergabung dalam negara BIAs: Brazil, India, dan Afrika Selatan.

Negara-negara itu bergerak maju, mengikuti lokomotif ‘negara dunia kedua’ (China), di saat ‘negara-negara di dunia pertama’ (Amerika dan Eropa) sedang berusaha keluar dari krisis stabilisasi substansial ekonomi kapitalisme. Yang berlaku saat ini sudah berbasiskan pasar yang mencari keuntungan maksimal disertai kompetisi di dalamnya.

Bagaimana dengan Uni Eropa yang telah menerapkan embargo minyak Iran?
Terkait rencana penutupan Selat Hormuz oleh Iran seiring kesepakatan embargo impor minyak asal Irantepat di hari Imlek. Ini sebagai sanksi Uni Eropa terhadap Iran atas program nuklir dan uranium di fasilitas bawah tanah dan materi berbahayanya.

Konflik Selat Hormuz, memberi ekspektasi pada harga minyak yang akan melambung dengan target kenaikan dalam ‘jangka pendek’ bisa melewati US$104per barrel hingga yang terburuk ke US$113per barel.Bargaining power juga dikemukakan oleh Iran melalui Ayatollah Ali Khamenei yang bergeming dengan tidak acuh terhadap gertakan Amerika dan Eropa.

Padahal, AS dan Eropajuga juga merangkul China sebagai importer minyak terbesar sekitar 450 ribu bph untuk ikut mendukung sanksi bagi industri minyak Iran.Tentunya, ketegangan antara Barat dan Timur Tengah, khususnya Iran sebagai produsen minyak terbesar kedua OPECakan melejitkan harga minyak hingga batas-batas tertentu tadi.

Lalu, saham-saham apa saja yang jadi pilihan Anda?
Saham-saham pilihannya adalah PT Astra Agro Lestari (AALI), PT Aneka Tambang (ANTM), PT Bank Danamon (BDMN), PT International Nickel Indonesia (INCO), PT Jasa Marga (JSMR), PT Perusahaan Gas Negara (PGAS), dan PT Unilever Indonesia (UNVR).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar