Rabu, 25 Januari 2012

Saatnya Berburu Sektor Pertambangan

INILAH.COM, Jakarta – Perdagangan saham domestik pada Rabu (25/1) diperkirakan rawan koreksi teknikal, meski takkan mengarah pada koreksi dalam. Saatnya berburu saham pertambangan yang valuasinya dinilai masih rendah.

Menurut pengamat pasar modal Felix Sindhunata dari Henan Putihrai memprediksikan, kenaikan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang sudah berlangsung selama enam pekan menjadikannya rawan koreksi teknikal.

“Namun tak ada alasan fundamental yang mengarah pada koreksi dalam,” ujarnya kepada INILAH.COM.

Hal ini terkait optimisme pasar yang menganggap masa kritis Eropa sudah terlampaui. Resiko default Yunani berhasil dihindari dengan penggelontoran likuiditas ke perbankan Eropa oleh Bank Sentral Eropa (ECB).

Pasokan likuiditas tersebut dinilai Felix menyebabkan resiko perbankan Eropa minimal. Sehingga tak terjadi guncangan di sektor keuangan. Selain membuat pasar obligasi menjadi relatif stabil dan bahkan kecenderungan premi resiko menurun.

“Ini terlihat dari imbal hasil obligasi negara di Eropa yang mulai menurun,” lanjutnya.

Masa kritis Eropa dianggap sudah terlewati. Sementara ekonomi Amerika juga membaik meski belum kembali ke level normal. Sedangkan China, pelambatan ekonominya mulai direspon dengan stimulus stimulus ekonomi.

Ruang untuk stimulus pertumbuhan ekonomi terbuka setelah sebelumnya China memperketat likuiditas untuk mengerem pertumbuhan ekonomi yang diperkirakan akan overheating. Saat pertumbuhan di bawah 9%, China mulai melonggarkan likuiditas.

“Sehingga skenario hard lending yang dikhawatirkan banyak kalangan kecil terjadi,” ujarnya.

Stabilnya pasar keuangan dan obligasi Eropa membuat risk appetite investor meningkat lagi dan mulai melihat ke pertimbangan valuasi. Di bursa domestik, saham-saham pertambangan yang tertekan mulai mengalami pemulihan harga.

“Sektor pertambangan under pressure sejak eskalasi krisi Eropa meningkat dan krisis geopolitik di Timur Tengah menghangat,” lanjutnya.

Situasi ini dibarengi naiknya harga-harga komoditas di pasar dunia, seiring permintaan yang kembali meningkat. PE market memang akan cenderung tinggi saat pasar saham sedang bullish. Namun penyesuaian yang alami akan terjadi jika EPS bertumbuh tinggi.

Estimasi FY 2011 EPS emiten di Indonesia akan tinggi, terutama dari perusahaan-perusahaan yang orientasinya pasar domestik. Valuasi valuasi saham pertambangan memang masih rendah karena tertekan penurunan permintaan.

“Penurunan permintaan terjadi karena melambatnya ekonomi dan harga komoditas turun,” ujarnya.

Valuasi PE saham pertambangan masih akan turun lagi jika terjadi pertumbuhan EPS di sektor ini. Tapi pertumbuhan EPS diperkirakan akan terjadi karena masih bisa membukukan profit meski harga rata-rata jual turun.

“Ini berkat peningkatan volume produksi yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan tambang Indonesia,” papar Felix. Dalam kondisi ini ia merekomendasikan beli saham sektor pertambangan karena valuasi masih rendah.

Serta, penyesuaian PE to EPS growth akan membuat valuasi tersebut makin murah. Emiten yang ia rekomendasikan adalah Tambang Batubara Bukit Asam (PTBA), Bumi Resources (BUMI) dan International Nickel Indonesia (INCO). [nat]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar