Senin, 28 November 2011

Krisis Eropa Ruwet, Rupiah Terseret ke 9.200

Krisis Eropa Ruwet, Rupiah Terseret ke 9.200
INILAH.COM, Jakarta - Kurs rupiah di pasar spot valas antar bank Jakarta, Senin (28/11) diprediksi melemah. Krisis Eropa semakin rumit seakan tak ada solusi.

Periset dan analis senior PT Monex Investindo Futures Zulfirman Basir mengatakan, pasar akan melihat tren pelemahan rupiah lebih lanjut, seiring belum jelasnya resolusi krisis utang Eropa. Meskipun, pekan ini ada event pertumuan para menteri keunagan Eurozone (Ecofin Meeting) pada Selasa (29/11).

Tapi menurut Firman, perkembangan beberapa hari terakhir ini mengindikasikan kalau bakal tidak ada lagi solusi yang dihasilkan dan efektif. "Karena itu, rupiah cenderung melemah dan bergerak dalam kisaran yang lebar antara 9.000-9.200 per dolar AS," katanya kepada INILAH.COM.

Lebih jauh Firman menjelaskan, pergerakan lebar rupiah hari ini karena pasar melihat nilai tukar dolar AS akan terus menguat. Tapi, Bank Indonesia bakal mengintervensi jelang penutupan. "Jadi, jika Anda melihat penguatan rupiah jelang penutupan secara tiba-tiba, pertanda BI masuk di pasar," ujarnya.

Tapi, pada dasarnya, mata uang RI ini berada dalam tekanan yang hebat. Sebab, dalam beberapa hari terakhir, Komisi Eropa sudah mengusulkan kembali proposal penerbitan eurobond (obligasi bersama negara-negara Eropa). "Tapi, posisi Jerman yang direpresentasikan oleh Kanselir Angela Merkel keukeuh tidak mau mendukung proposal tersebut," timpalnya.

Sementara itu, Presiden Perancis Nicolas Sarkozy tetap ingin agar European Central Bank (ECB) memiliki peran lebih signifikan untuk melakukan program pembelian obligasi dalam sekala besar di Uni Eropa. "Jika pembelian itu tidak disterilasasi, otomatis ECB mencetak uang baru," ungkapnya.

Di sisi lain, dana European Financial Stability Facility (EFSF) juga masih belum jelas apakah akan direalisasikan atau tidak. Pasalnya, hingga saat ini belum ada tindakan jelas bagaimana zona euro dapat meningkatkan kapasitas dana EFSF di tengah terus melonjaknya yield obligasi pemerintah zona Euro.

Jadi, Firman menegaskan, dengan lonjakan yield obligasi, akan susah bagi Eurozone menaikkan kapasitas dananya. Apalagi, rating EFSF mengikuti rating zona euro. "Jika zona euro terancam downgrade, EFSF pun akan ter-downgrade. Sejauh ini, Belgia sudah di-downgrade. Sementara itu, Perancis juga terancam," tuturnya.

Menurutnya, jika Perancis juga di-downgrade, otomatis EFSF juga di-downgrade. Pada saat yang sama, lelang obligasi Jerman pekan lalu tidak laku bahkan terburuk sejak euro diluncurkan. Jika Jerman saja sulit menjual obligasinya, bagaimana negara eurozone yang lain mendapatkan dananya untuk patungan menyumbang kapasitas dana EFSF itu. "Akhir pekan lalu, yield obligasi Italia melewati 7% ke level 7,72% untuk tenor 2 tahun," imbuhnya.

Asal tahu saja, kurs rupiah di pasar spot valas antar bank Jakarta, Kurs rupiah di pasar spot valas antar bank Jakarta, Jumat (25/11) ditutup melemah 70 poin (0,77%) ke level 9.050/9.060 per dolar AS.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar