Senin, 28 November 2011

Potensi Koreksi, BoW Saham Unggulan

INILAH.COM, Jakarta – Pasar modal nasional di awal pekan, Senin (28/11) diprediksikan mengalami koreksi. Investor sebaiknya wait and see, serta bersiap buy on weakness saham unggulan.

Analis Valbury Asia Securities Nico Omer Joncheere menyarankan investor mewaspadai koreksi lanjutan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ke level support terdekat, yakni 3.850. Ini dipicu masalah krisis kredit Eropa yang belum beres, bahkan memburuk.

Menurut Nico, melebarnya spread tingkat suku bunga antar bank di Eropa (European LIBOR- EURIBOR), memicu tingginya cost of fund dolar di kawasan itu. Sehingga, meski belum terjadi kelangkaan likuiditas, dolar di Eropa cukup mahal.

“Sebab itu, investor sebaiknya tetap berhati-hati dalam trading dan cenderung wait and see untuk menguji kekuatan level support 3.580,” katanya kepada INILAH.COM.

Ia menuturkan, jika level ini bisa bertahan di tengah sentimen buruk, misalkan lelang obligasi di Eropa gagal meyerap likuditas, maka investor disarankan melakukan buy on weakness pada saham-saham berfundamental baik.

“Buy on weakness Bank Rakyat Indonesia (BBRI), Tambang Batubara Bukit Asam (PTBA), Alam Sutra Realty (ASRI), London Sumatra (LSIP) dan Astra Internasional (ASII),” Nico merekomendasikan.

Dihubungi terpisah, pengamat saham HD Capital Yuganur Widjanarko memperkirakan, indeks Dow Jones yang turun 4,8% pekan lalu dan oversold, dapat mengalami rebound. Alhasil, sentimen regional yang mengkonfirmasi potensi menguat teknikal IHSG terlihat.

Menurutnya, konfirmasi potensi technical rebound di IHSG terlihat bullish divergence antara indikator stochastic lima harian dan pembentukan low pada koreksi Jumat (25/11) lalu.

Adapun koreksi di beberapa emiten big cap maupun lapis dua, tidak dikonfirmasi pembentukan new low di indikator stochastic lima harian, sehingga terbentuklah bullish divergence. “Ini adalah indikasi dari momentum penurunan yang sudah mulai aus.”

Di tengan situasi ini, ia merekomendasikan saham ASRI. Secara teknikal, bullish divergence antara penurunan harga dan indikator stochastic yang juga berada di kondisi oversold, suku bunga kondusif 6%, naiknya daya beli masyarakat dan potensi apresiasi lahan tanah ke depan (NAVS 2012 diperkirakan berada di atas Rp.800/saham) membuat emiten properti spesialis kavling residential ini patut dilirik.

Saham ASII juga menjadi pilihan karena semua katalis negatif untuk membuat turun lebih jauh, seperti kesulitan financing akibat melemahnya rupiah serta turunnya penjualan mobil dari berkurangnya suplai sparepart pascabanjir Thailand tidak terbukti membuat perubahan signifikan ke kinerja fundamental ASII, sehingga proyeksi fundamental untuk 12-bulan ke depan masih berkisar di range Rp.74.000-84.000.

Untuk BBNI, loan portofolio besar berkualitas tinggi serta proses non performing loan recovery yang sukses merupakan katalis positif untuk bank BUMN big cap ini dengan valuasi PER di bawah BBRI dan BMRI. [ast]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar