Rabu, 16 November 2011

Menu Sesi Dua: Grup Astra, Bank dan Tambang

INILAH.COM, Jakarta – Laju IHSG hingga penutupan diprediksi tetap di di zona negatif seiring kenaikan yield obligasi Italia, Spanyol dan Perancis. Tapi, saham grup Astra, bank dan tambang layak jadi pilihan.

Pada sesi pertama perdagangan Rabu (16/11), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG ) ditutup melemah 29,14 poin (0,76%) ke level 3.784,701. Begitu juga indeks saham unggulan LQ45 yang turun 5,70 poin (0,84%) ke angka 672,491.

Laju indeks siang ini kurang ramai, hanya didukung oleh volume transaksi yang tercatat mencapai 1,443 miliar lembar saham di pasar reguler dan total mencapai 2,399 miliar. Sementara itu, nilai transaksi mencapai Rp1,142 miliar di pasar regular, total Rp1,695 triliun dan frekuensi 52.284 kali. Sebanyak 46 saham menguat, sedangkan 150 saham melemah dan 86 saham stagnan.

Pelemahan indeks, juga diwarnai aksi jual dari investor asing yang mencatatkan transaksi nilai jual bersih (net foreign sell) sebesar Rp519,3 miliar. Rinciannya, transaksi beli mencapai Rp401,06 miliar sedangkan transaksi jual sebesar Rp920,39 miliar.

Mayoritas sektor saham mendukung pelemahan indeks. Saham sektor pertambangan memimpin penurunan 1,37%, disusul aneka industri dan properti masing-masing turun 1,17%, keuangan 1,08%, perkebunan 0,79%, perdagangan 0,70%, infrastruktur 0,47% dan manufaktur yang turun 0,31%. Hanya dua sektor yang naik, industri dasar 0,29% dan konsumsi 0,03%.

Analis Sekuritas Ekokapital Cece Ridwanullah memperkirakan, indeks bakal bertahan pada zona negatif hingga penutupan sore nanti. “Indeks akan bergerak dalam kisaran support 3.760 dan resistance 3.840,” katanya kepada INILAH.COM, di Jakarta, Rabu (16/11).

Menurutnya, pelemahan indeks hari ini, salah satunya dipicu oleh koreksi bursa Asia. Ia menegaskan, selama pergerakan bursa Asia negatif, indeks saham domestik pun akan mengikutinya. “Yang jadi pertanyaan adalah seberapa dalam pelemahan IHSG,” ujarnya.

Tapi, lanjutnya, jika melihat pelemahan nilai tukar rupiah hari ini yang tembus ke atas 9.000, di level 9.020-an per dolar AS, sangat menekan market. Meskipun, Bank Indonesia tentu mengintervensi pasar. “Indeks mendapat sentimen negatif dari kenaikan yield obligasi Spanyol, Italia dan Perancis ke atas 7% untuk tenor 10 tahun,” tandas Cece.

Kondisi itu, kata Cece, menandakan menguatnya kecemasan pasar atas kawasan Eropa sehingga menahan laju pergerakan indeks baik di Asia maupun AS. “Sebab, level 7% menandakan kepercayaan pasar menurun. Yield obligasi Indonesia saja, masih rendah 4%, jauh di bawah Eropa,” timpalnya.

Ia mempaparkan, pelemahan yang paling dalam hari ini adalah bursa Hang Seng yang sempat melemah di atas 400 poin. Ini terutama, perusahaan eksportinya yang mendapat tekanan negatif dari Eropa. “Terlebih, emiten yang eksposur ekspornya ke kawasan Eropa sangat besar,” paparnya.

Meski begitu, Cece menggarisbawahi, pergerakan indeks hingga siang ini masih dalam kisaran yang tipis di bawah 1% meskipun sudah tembus ke bawah 3.800. “Saya berharap, indeks bisa bertahan di atas 3.800 seiring kenaikan penjulan ritel di AS pada Oktober 2011. Jika ini yang terjadi, ada harapan, indeks kembali menguat,” ucapnya. “Hanya saja, asing pun saat ini sudah berposisi net sell hingga Rp500 miliar.”

Dalam situasi ini, Cece merekomendasikan positif saham-saham yang sudah mengalami penurunan pada grup Astra, perbankan, dan saham-saham yang terimbas positif kenaikan harga minyak. Minyak mendekati level US$100 per barel, di level US$99,28 per barel saat ini.

Saham-saham pilihannya adalah PT Astra Internasional (ASII) di bawah Rp70.000 pada level Rp69.000-an. PT Indo Tambang Raya (ITMG) di level Rp43.000, PT Bukit Asam (PTBA) di level Rp17.000-17.200, dan PT Adaro Energy (ADRO) di bawah Rp2.000.

PT Bank Mandiri (BMRI) di level Rp6.700, PT Bank Rakyat Indonesia (BBRI) pada angka Rp6.900 dan PT Bank Central Asia (BBCA) di Rp7.950. “Saya rekomendasikan buy pada level-level support tersebut, buy on support,” imbuh Cece Ridwanullah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar