Selasa, 03 Januari 2012

Hati-hati di Lantai Bursa Meski Ada Peluang

INILAH.COM, Jakarta - Awal 2012 disambut meriah di seluruh pelosok tanah air. Tapi, sayang, keceriaan itu tak menular ke pasar modal. Pada Senin pekan ini (2/1), pasar di tutup dengan penurunan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sebesar 12,85 poin (0,34%) ke level 3.809,14.

Salah satu penyebabnya, ternyata, libur panjang akhir tahun. Di beberapa negara, libur akhir tahun ini dibuka dengan penurunan indeks. Dow Jones, misalnya, mengalami penurunan 0,57%. Penurunan juga terjadi pada Nasdaq (0,33%).

Banyak kalangan memperkirakan, perdagangan saham pekan ini akan berlangsung mendatar dengan kecenderungan menurun. Yang lebih mengkhawatirkan, para analis dari kaum pesimistis memperkirakan penurunan ini tidak hanya akan berlangsung sepekan dua pekan.

Pemicunya, selain krisis utang di Eropa yang masih gawat, juga ancaman yang dikeluarkan pemerintah Amerika. Negeri adi kuasa ini meminta seluruh lembaga keuangan di dunia tidak berhubungan dengan lembaga keuangan di Iran.

Seperti di ketahui, sebelumnya Iran mengancam akan memblokir jalur distribusi minyak mentah di Selat Hormuz. Jika ini terjadi, maka harga minyak diperkirakan bisa naik hingga US$150 per barel. Dampaknya, harga BBM non-subsidi seperti Pertamax bisa melambung menjadi Rp15.000 per liter.

Tak hanya itu saja, anggaran subsisi BBM pun akan membengkak menjadi lebih dari Rp200 triliun. “Semuanya akan berdampak pada isu politik,” kata Muhammad Kurtubi, pengamatan perminyakan.

Dalam situasi seperti ini saran yang diberikan para analis sangat klise, “Lakukan koleksi dengan sangat hati-hati.” Mereka umumnya menganjurkan untuk mengoleksi saham pertambangan. Naiknya harga minyak diperkirakan akan mengerek komoditi pertambangan seperti emas dan batubara.

Selain sektor pertambangan, saham perkebunan seperti Bakrie Plantation juga layak dibeli. Soalnya, perusahaan perkebunan bakal memperoleh pendapatan tambahan dari kenaikan harga komoditi pertanian akibat buruknya cuaca di Thailand. Dan yang tak boleh dilupakan adalah emiten yang kinerjanya selama 2012 cukup mencorong, seperti PT Bank Central Asia (BBCA), PT Bank Mandiri (BMRI) dan PT Telkom TLKM.

Hanya saja, seorang analis dari Kresna Securites mengingatkan agar investor tetap waspada. “Gejelok profit taking masih akan terjadi,” katanya. Itu sebabnya, ia tak berani memberikan prediksi yang tajam terhadap kemungkinan yang akan terjadi pada IHSG. [mdr]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar