Selasa, 06 Desember 2011

Eropa Terancam Resesi, IHSG-Rupiah Kompak Melemah

Jakarta - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melemah 28 poin berbarengan dengan tertekannya mata uang rupiah. Ancaman resesi uni Eropa dan melambatnya ekonomi AS membuat investor khawatir.

Sementara nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) ditutup melemah di posisi Rp 9.085 per dolar AS dibandingkan penutupan perdagangan kemarin di Rp 9.030 per dolar AS.

Membuka perdagangan pagi tadi, IHSG menipis 6,837 poin (0,19%) ke level 3.773,956 menyusul adanya ancaman penurunan peringkat negara-negara di Eropa oleh S&P. Bursa Asia yang tertekan juga memberi sentimen negatif.

Tekanan jual terus terjadi sejak dibukanya perdagangan pagi tadi, mengantarkan indeks ke teritori negatif. Indeks sama sekali tak menyentuh zona hijau hingga siang ini.

Pada penutupan sesi I perdagangan, IHSG melemah 26,661 poin (0,71%) ke level 3.754,132 akibat tekanan jual di saham-saham lapis dua. Saham-saham ini sebelumnya sudah menguat cukup tinggi.

Posisi terbawah indeks disinggahi pada perdagangan sesi II, yaitu di level 3.736,409. Tekanan jual semakin marak terjadi di saham-saham yang sudah naik pada perdagangan sebelumnya.

Menutup perdagangan, Selasa (6/12/2011), IHSG melemah 28,119 poin (0,75%) ke level 3.752,674. Sementara Indeks LQ 45 turun 5,188 poin (0,78%) ke level 664,428.

Investor semakin menghindari aset-aset berisiko tinggi akibat krisis Eropa yang semakin panjang dan tak kunjung usai. Aksi beli semakin semakin minim karena investor berniat keluar sejenak dengan mengurangi portofolio.

Saham-saham yang terkena tekanan jual antara lain berbasis aneka industri, diikuti dengan konsumer dan properti. Hanya satu sektor industri yang menguat, yaitu indeks sektor infrastruktur.

Investor masih khawatir ekonomi dunia terimbas krisis utang Eropa dan melambatnya pertumbuhan ekonomi AS. Pasalnya, sebanyak 17 negara di Eropa terancam diturunkan peringkatnya oleh lembaga rating S&P.

Tekanan jual banyak dilakukan investor lokal, saham-sahamnya kemudian ditampung oleh pemodal asing. Terlihat dari transaksi investor asing yang tercatat melakukan pembelian bersih (foreign net buy) senilai Rp 295,723 miliar di seluruh pasar.

Perdagangan hari ini berjalan cukup sepi dengan frekuensi transaksi mencapai 94.757 kali pada volume 2,765 miliar lembar saham senilai Rp 3,417 triliun. Sebanyak 160 saham naik, sisanya 160 saham turun, dan 93 saham stagnan.

Bank sentral Australia (Reserve Bank of Australia/RBA) kembali memotong tingkat suku bunga acuannya sebanyak 25 basis poin menjadi 4,25% Pemotongan serupa juga sebelumnya dilakukan pada awal November.

Pemotongan ini dilakukan dalam rangka antisipasi penyebaran krisis Eropa dan AS yang siap menyebar kemana-mana. Tingkat inflasi Australia yang terkendali juga menjadi salah satu alasan diturunkannya tingkat suku bunga tersebut.

Pergerakan bursa-bursa di regional tidak banyak berubah hingga sore ini, masih terperangkan di zona merah. Bursa saham Jepang memimpin koreksi dengan melemah lebih dari satu persen.

Berikut situasi dan kondisi bursa-bursa di Asia sore ini:
  • Indeks Komposit Shanghai turun 7,32 poin (0,31%) ke level 2.325,90.
  • Indeks Hang Seng anjlok 237,46 poin (1,24%) ke level 18.942,23.
  • Indeks Nikkei 225 ambles 120,82 poin (1,39%) ke level 8.575,16.
  • Indeks Straits Times melemah 7,94 poin (0,29%) ke level 2.758,29.

Saham-saham yang naik signifikan dan masuk dalam jajaran top gainers diantaranya Delta Jakarta (DLTA) naik Rp 500 ke Rp 108.500, Astra Agro (AALI) naik Rp 250 ke Rp 22.250, Goodyear (GDYR) naik Rp 200 ke Rp 9.200, dan Multi Prima (LPIN) naik Rp 150 ke Rp 2.150.

Sementara saham-saham yang turun cukup dalam dan masuk dalam kategori top losers antara lain Gudang Garam (GGRM) turun Rp 2.450 ke Rp 62.850, Indo Tambangraya (ITMG) turun Rp 900 ke Rp 38.750, Indo Tambangraya (ITMG) turun Rp 750 ke Rp 7.100, dan Adira Finance (ADMF) turun Rp 400 ke Rp 10.700.


(ang/qom)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar