Rabu, 11 Januari 2012

AS 'Lamar' China Dukung Embargo Minyak Iran

Medium
INILAH.COM, Jakarta - Menteri Keuangan AS Timothy Geithner mendarat di Beijing dengan tujuan untuk membujuk pemerintah China agar mendukung sanksi bagi industri minyak Iran. Kedatangan ini bersamaan dengan lawatan Presiden Iran Mahmoud Ahmadinejad ke Amerika Latin.

Berdasar laporan yang dikutip dari CNBC.com, Rabu (11/1), China yang merupakan importir terbesar minyak mentah Iran, menurunkan volume impor sehubungan adanya sengketa ketentuan kontrak. Namun kendati permintaan China untuk minyak mentah telah menurun, data terbaru masih menunjukkan pertumbuhan 6% untuk 2011, dibanding tahun sebelumnya.

Pada awal pekan kemarin, IAEA menyatakan bahwa Iran tengah memperkaya uranium di fasilitas bawah tanahnya dan materi berbahaya tersebut berada di bawah pengawasannya.

Berdasarkan kabar yang berkembang, Perdana Menteri China Wen Jiabao diharapkan mau mengunjungi beberapa kilang milik OPEC di Timur Tengah pekan depan nanti. Wen Jiabao rencananya akan sekaligus mendarat di Arab Saudi, Qatar dan Uni Emirat Arab (UEA). Ketiga negara tersebut memiliki output minyak sekitar 13 juta barel per hari bila digabungkan.

Dari negara-negara di Timur Tengah, hanya Arab Saudi yang memiliki cadangan minyak signifikan yaitu mencapai 2-3 juta barel per hari. Namun keberadaan minyak mentah cadangan ini bakal terganggu sehubungan dengan sikap pemerintah Eropa yang akan mengembargo impor minyak Iran untuk beberapa bulan ke depan. Embargo ini rencananya akan mulai dilakukan pada 23 Januari 2012.

Dan Jepang, menyatakan bahwa telah didekati Arab Saudi dan Uni Eropa (UEA) untuk jaminan dalam kasus gangguan pasokan minyak Iran. Menteri Luar Negeri Jepang Koichiro Gemba mengatakan dalam kunjungan ke Abu Dhabi, bahwa Iran seharusnya tidak mengancam keamanan Selat Hormuz dan menyatakan bahwa pihaknya prihatin akan kondisi yang terjadi. Berdasar data Kementerian Perdagangan Jepang, Iran menyumbang 6,4% dari total impor minyak November 2011.

Arab Saudi sudah meningkatkan produksi pada bulan Juni 2011 untuk memenuhi kenaikan permintaan global. Sebanyak kemampuan OPEC untuk mengimbangi kemungkinan hilangnya minyak asal Iran. Prospek berkurangnya kapasitas cadangan ini membuat pelaku pasar menepi.

Namun opsi-opsi alternatif terkait rencana penutupan Selat Hormuz, menguap pada awal pekan lalu ketika Menteri Energi UEA Mohammed Al Hamli mengumumkan bahwa terjadi penundaan pengiriman untuk kontrak 6 bulan ke depan atau selaras dengan1,5 juta barel per hari dari Abu dhabi ke terminak ekspor Fujairah di Teluk Omen.

Diplomat senior China Chen Xiaodong menyatakan dalam China Daily, mengingatkan bahwa pecahnya perang di wilayah tersebut akan membawa bencana bagi perekonomian dunia.

Kendati tekanan internasional meningkat, Pemimpin Tertinggi Ayatollah Ali Khamenei menyatakan bahwa sanksi terhadap Iran tidak akan memiliki dampak apapun.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar