Selasa, 17 Januari 2012

Inilah Target Teknikal Saham Batu Bara Januari

INILAH.COM, Jakarta – Pascapemangkasan massal rating utang zona euro, mayoritas saham batu bara turun, Senin (16/1). Tapi, saham sektor ini dinilai prospektif hingga akhir Januari. Seperti apa?

Pada perdagangan Senin (16/1), saham PT Bumi Resources (BUMI) ditutup melemah Rp50 (1,98%) ke level Rp2.475; PT Adaro Energy (ADRO) turun Rp30 (1,65%) ke Rp1.780; PT Bukit Asam (PTBA) naik Rp150 (0,77%) ke level Rp19.400;

PT Indo Tambang Raya (ITMG) turun Rp500 (1,25%) ke Rp39.200. PT Harum Energy (HRUM) turun Rp200 (2,73%) ke level Rp7.100; dan PT Berau Coal Energy (BRAU) turun Rp10 (2,29%) ke level Rp425 per saham.

Kepala Riset Valbury Asia Securities Alfiansyah mengatakan, sumber daya energi dan batu bara di Indonesia bersifat jangka panjang. Karena itu, investor asing sangat tertarik untuk masuk pada perusahaan batu bara di Tanah Air.

Salah satunya, Aditya Birla Group, perusahaan konglomerasi multinasional asal India yang tertarik pada 15% saham BUMI. “Secara goegrafis, Indonesia sangat strategis dengan pangsa pasar Asia yang besar,” katanya kepada INILAH.COM.

Menurut Alfiansyah, India dan China merupakan pasar batu bara Indonesia terbesar. Apalagi, tingkat pertumbuhan kedua negara ini di atas rata-rata Asia. “Untuk menopang pertumbuhan itu, China dan India butuh batu bara sebagai substitusi minyak,” imbuhnya.

Selain itu, lanjutnya, perluasan pangsa pasar juga masih terbuka. Apalagi, jika ekspektasi terhadap pertumbuhan ekonomi global naik, seiring meredanya krisis Eropa di mana permintaan batu bara akan tinggi. “Memang, dalam situasi krisis Eropa, permintaan turun tapi pangsa pasarnya tetap ada,” ungkap Alfiansyah.

Karena itu, lanjutnya, harga batu bara terus meroket dari tahun ke tahun di New Castle yang jadi acuan. Pada 2009 harga batu bara bertenger di level Rp71,7 per metrik ton, pada 2010 di level Rp99 per metrik ton, dan 2011 di level US$120,53 per metric ton.

Begitu juga dengan 2012 di mana harga batu bara sangat prospektif. Menurutnya, berdasarkan compound annual growth rate(CAGR), harga batu bara 2012 berpotensi ke level US$143 per metrik ton. “Hingga 13 Januari, harga batu bara di level US$119,56 per metrik ton,” ucapnya.

Di atas semua itu, Alfiansyah menjagokan saham-saham batu bara yang jadi pemain besar seperti BUMI, ADRO, PTBA, ITMG, HRUM, dan BRAU. Sementara itu, dari sisi pertumbuhan laba yang di atas rata-rata industrinya adalah ADRO 102%, HRUM 90% dan PTBA 67% per kuartal III-2011. “Pada kuartal keempat 2011 pun diperkirakan tidak akan jauh berbeda,” imbuh Alfiansyah.

Karena itu, dia menegaskan, saham-saham di sektor batu bara masih sangat menjanjikan. Apalagi, batu bara menjadi kebutuhan pokok bagi industri. Artinya, masih ada demand yang cukup terbuka sehingga potential gain cukup terbuka juga untuk saham di sektor ini.

Dia merekomendasikan selective buying saham-saham tersebut dengan melihat potensi pertumbuhan kinerja per emiten. Tapi, kata dia, secara teknikal, tren pergerakan saham BUMI punya upside potential ke resistance Rp2.725 hingga akhir Januari.

Sementara itu, ADRO, masih sideways. Tapi, jika tembus resistance Rp1.830, berpeluang menguji level psikologis Rp2.000. “Untuk Januari ini, agak berat dicapai. Mungkin ada gap di level Rp1.920 untuk Januari ini secara teknikal,” ucapnya.

PTBA dinilainya, memasuki area jenuh beli (overbought). Tapi, target yang akan dicapai adalah resistance Rp19.950. Untuk ITMG, Alfiansyah menyarankan untuk menyikapinya dengan pola buy on weakness. Sebab, secara teknikal menuju level support terlebih dahulu Rp38.600. “Jika support ini menjadi tahanan yang solid, bisa diakumulasi di level support ini,” timpalnya.

Pasalnya, jika ITMG tahan pada support tersebut, bisa balik arah (reversal) ke level resistance Rp41.000. “Tapi, jika support tidak kuat, berpotensi melemah ke level Rp36.900,” kata dia mewanti-wanti.

Sedangkan saham HRUM, menurutnya, secara teknikal menguji resistance Rp7.400. Memang sempat tersentuh, tapi tidak tembus sehingga kembali membentuk pola konsolidasi. “Hati-hati, karena akan menuju support Rp6.900. Jika tembus support ini, siap-siap untuk cut loss. Sebab, ada potensi pelemahan lebih jauh ke Rp6.300. Sedangkan level resistance ada di Rp7.400,” tuturnya.

Terakhir saham BRAU. Menurutnya, beberapa indikator teknikal BRAU masih variatif. Ada yang naik, tapi indikator lainnya dalam pola konsolidasi. Karena itu, sikapi dengan pola buy on weakness di level Rp425. Hati-hati jika bergerak di bawah Rp425. “Sebab, ada potensi turun ke Rp370. Cut loss di level Rp420 dan target resistance di level Rp455 jika support Rp425 cukup kuat,” imbuh Alfiansyah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar