Jumat, 24 Februari 2012

Bank Sentral Australia 'Dovish', Rupiah Mendatar

Headline
INILAH.COM, Jakarta - Kurs rupiah di pasar spot valas antar bank Jakarta, Jumat (24/2) diprediksi mendatar. Sikap dovish Bank Sentral Australia jadi salah satu katalisnya.

Analis senior Monex Investindo Futures Zulfirman Basir mengatakan, potensi mendatar (sideways)-nya pergerakan rupiah akhir pekan ini karena tarik menarik sentimen antara yang positif dan negatif. Salah satu sentimen positif datang indeks sentimen bisnis Jerman kemarin untuk Februari, naik jadi 109,6 lebih tinggi dari prediksi 108,8 dan dari bulan sebelumnya 108,3.

Di sisi lain, lanjutnya, pasar menanti kejelasan lebih lanjut soal program debt swapt ini yang akan memberikan insentif. Terutama Parlemen Yunani yang dijadwalkan akan melakukan voting program debt swap-nya yang seharusnya diloloskan sehingga bisa memberikan sentimen positif untuk rupiah. "Rupiah akan bergerak dalam kisaran 9.000-9.080 per dolar AS,” katanya kepada INILAH.COM.

Tapi, kata dia, untuk mempermulus program debt swap-nya itu, pasar masih belum jelas apakah bersifat voluntary atau obligatory. Tapi, secara umum masih sideways.

Sebab, lanjutnya, meski Yunani memberikan harapan, tapi di awal sesi ada pidato dari Gubernur Bank Sentral Australia yang nadanya sudah diperkirakan dovish (prokebijakan moneter longgar). "Ini akan memperkuat dolar AS dan jadi tekanan bagi rupiah," timpalnya.

Hanya saja, pasar cenderung menahan pelemahan dolar AS lebih lanjut. Sebab, Jerman dan Inggris akan merilis angka produk domestik bruto (PDB) yang angkanya sudah diperkirakan kontraksi. Jika angkanya sesuai prediksi, akan memperkuat argumen perlambatan ekonomi di Eropa. "Kedua negara itu, diprediksi mengalami kontraksi (-0,2%) untuk kuartal terakhir 2011 dari kuartal sebelumnya di level yang sama," imbuh Firman.

Asal tahu saja, kurs rupiah di pasar spot valas antar bank Jakarta, Kamis (23/2) ditutup menguat tipis 5 poin (0,05%) ke 9.040/9.050 per dolar AS.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar