Rabu, 22 Februari 2012

Sesi Dua, Pilih Saham Terkoreksi & Komoditas

INILAH.COM, Jakarta – IHSG hingga penutupan akan bergerak mixed cenderung melemah. Namun, saham terkait harga komoditas dan saham yang sudah terkoreksi jauh, bisa menjadi pilihan untuk sesi dua.

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan Rabu (22/2) sesi pertama, turun 13,414 poin (0,34%) ke level 3.989,537. Demikian pula indeks saham unggulan LQ 45 yang melemah 2,879 poin (0,41%) ke level 693,548.

Perdagangan di Bursa Efek Indonesia didukung volume transaksi sebesar 2,618 miliar lembar saham, senilai Rp 1,856 triliun dan frekuensi 70.194 kali. Sebanyak 90 saham naik, sisanya 118 saham turun, dan 87 saham stagnan.

Kendati terkoreksi, asing masih mencatatkan aksi beli, dengan nilai transaksi beli bersih (net foreign buy) mencapai Rp4,6 miliar. Rinciannya adalah transaksi beli sebesar Rp566 miliar dan transaksi jual sebesar Rp561 miliar.

Hampir semua sektor melemah, namun koreksi lebih lanjut tertahan sektor tambang, industri dasar dan properti.

Cece Ridwanullah, analis pasar modal dari EkoKapital Sekuritas mengatakan, IHSG hingga penutupan nanti akan bergerak mixed, dengan kecenderungan melemah tipis.

Penurunan dipicu masih melmemahnya bursa regional, seperti Hang Seng. Kemudian bursa AS, yang semalam ditutup mixed.”Namun, investor masih mencermati pembukaan bursa Eropa jam tiga nanti, untuk mengkonfirmasi arah bursa,” ujarnya.

Berita tentang disetujuinya bailout Yunani, sudah masuk dalam perhitungan pasar sebelumnya, sehingga tidak terlalu mempengaruhi pergerakan bursa secara signifikan. Saat ini, yang dicermati pasar adalah harga minyak yang tinggi, yang berpotensi mendongkrak harga BBM di dalam negri.

“Pasar masih menunggu kepastian harga BBM, karena kenaikannya dapat mempengaruhi inflasi. Apalagi gaji pegawai negeri dan UMR juga naik,” katanya.

Kendati terkoreksi, harga minyak mentah yang mendekati level US$106 per barel, menjadi katalis penguatan sektor saham tambang logam dan batu bara.

Namun, beberapa saham yang jatuh, seperti perbankan, Astra International (ASII), Gudang Garam (GGRM), menghambat pembalikan arah bursa. Tekanan muncul karena beberapa saham sangat berhubungan dengan inflasi, seperti ASII. “Itulah mengapa saya melihat bursa itu akan bergerak mixed, cenderung turun tipis,” kata Cece.

Di tengah situasi saat ini, investor disarankan untul wait and see, mencermati sentimen regional dan global. Terutama karena aksi beli asing masih tipis. Namun, untuk jangka pendek, investor bisa trading saham komoditas seperti Timah (TINS), Aneka Tambang (ANTM) dan saham batubara yang masih berpotensi rebound.

Pilihan lainnya adalah saham berfundamental positif namun sudah terkoreksi jauh, seperti Bank Rakyat Indonesia (BBRI), Bank Negara Indonesia (BBNI), Bank Mandiri (BMRI) dan bank Central Asia (BBCA).

Saham properti juga disarankan karena berpotensi menguat, menyusul turunnya suku bunga. Pilihannya adalah Summarecon Agung (SMRA), Agung Podomoro Land (APLN) dan Dharmala Intiland (DILD). [ast]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar