Selasa, 06 Maret 2012

Inilah Kondisi Fundamental IHSG Terkini

INILAH.COM, Jakarta – Seiring krisis Eropa dan Timur Tengah, investor asing dinilai tak punya pilihan investasi selain emerging market. Tak terkecuali Indonesia, meski harga BBM naik per 1 April 2012.

Pengamat pasar modal David Cornelis mengatakan, traktat baru yang diarsiteki oleh kebijakan ‘Merkola’ (Kanselir Jerman Angela Merkel, Presiden Perancis Nicolas Sarkozy, dan Managing Director of the International Monetary Fund (IMF) Christine Lagarde) diharapkan menjadi ‘dinding Berlin’ penangkal kuat untuk mencegah terjadinya potensi penyebaran kerusakan krisis ekonomi yang tercipta.

Penangkal kuat itu adalah kontrol anggaran oleh 25 negara anggota Uni Eropa yang berkomitmen menjaga anggaran agar seimbang. “Selain itu, defisit struktural dibatasi sebesar 0,5% dari PDB, kecuali Inggris dan Ceko,” katanya kepada INILAH.COM, di Jakarta, awal pekan ini.

Lalu, besaran dana US$1,95 triliun juga akan dikumpulkan hingga April 2012 oleh The European Financial Stability Facility (EFSF) [yang bersifat sementara] dan Mekanisme Stabilitas Eropa (ESM) [yang bersifat permanen]. Total dana mencapai US$ 1 triliun untuk menyelamatkan perekonomian dunia (Eropa khususmya) dari resesi keuangan terbesar sejak 1930-an.

Pada saat yang sama, G20 memperkuat dana tersebut seiring permintaan IMF untuk menambah dana sebesar US$ 358 miliar dan ditambah lagi sebesar US$ 600 miliar. “Angka ini merupakan yang terbesar sejak 2008,” ujar David.

Pakta disiplin anggaran (utang pemerintah yang lebih dari 60% Produk Domestik Bruto (PDB) harus dikurangi) juga sudah digulirkan. Ada 14 negara yang masuk kategori itu. Antara lain, Yunani (berada di peringkat 1) dengan rasio utang publik terhadap PDB sebesar 163% pada 2011. Lalu, Belanda (di peringkat 14) dengan 64,2%.

Menurut David, Eropa harus terus menjalankan kebijakan disiplin fiskal yang ketat (austerity). “Zona Euro sudah ditolong dengan dana talangan 130 miliar euro yang bisa mengamankan utang jatuh tempo Yunani pada 20 Maret 2012 nanti,” tutur David.

David menegaskan, dapat dipastikan 17 negara pengguna euro 2012 akan berkontraksi 0,3%. Sementara itu, 27 negara Uni Eropa (UE) tidak akan mencatatkan pertumbuhan tahun ini. “Padahal, perekonomian UE berkontribusi 1/5 terhadap perekonomian dunia saat ini,” ujarnya.

Di sisi lain, lanjutnya, kabar baik terbaru dari Bank Sentral Eropa pada 29 Februari 2012 adalah mengucurkan dana murah putaran 2 yang disebut long-term refinancing operation (LTRO) sebesar 530 miliar. “Angka ini lebih banyak dari putaran pertama 489 miliar euro,” timpal dia.

Dari dalam negeri, seiring pengaruh oleh krisis Timur Tengah dan Eropa fundamental IHSG terpengaruh oleh harga Bahan Bakar Minyak (BBM). “Pemerintah lebih memilih ‘business as usual’ walaupun melanggar UU APBN dalam menghadapi kenaikan harga minyak dunia yaitu dengan cara menaikkan harga BBM bersubsidi,” ujarnya.

David berpendapat, jika terjadi kenaikan harga BBM bersubsidi, tertutuplah peluang Bank Indonesia (BI) untuk menurunkan BI Rate lebih lanjut. Padahal, pada Februari lalu, BI sudah memberi sinyal suku bunga acuan itu akan turun lagi menuju 5%.

Tentunya, kata dia, ini berdampak secara umum ke makro ekonomi dan perusahaaan/saham perbankan, infastruktur, dan barang-barang konsumsi.

Dia menjelaskan, kenaikan harga BBM bersubsidi bertujuan untuk kesehatan dan keberlanjutan fiskal dan keseimbangan postur APBN. “Kebijakan ini sudah ada sejak rezim Orde Baru,” papar David.

Menurutnya, sejak 1967, harga BBM rata-rata naik setiap 1,6 tahun. Perbedaan harga domestik dan internasional yang sudah terlalu jauh dapat mendorong terjadinya penyelundupan dan pemanfaatan sumber daya alam secara tidak efisien. “Saat ini hanya ada 14 negara di dunia dengan harga BBM yang lebih murah dari Indonesia,” timpalnya.

David menambahkan, fluktuasi harga minyak dalam beberapa pekan terakhir relatif ekstrem dan mulai konvergen pada kesetimbangan resultan pada kisaran US$104-109 per barel, dengan target terdekat ke US$114 per barel.

Di atas semua itu, apakah investor asing masih akan melanjutkan aksi jual dengan belum pastinya kenaikan harga BBM? David menjawab, pastinya ada. Masalahnya, investor asing saat ini tidak punya banyak pilihan apalagi untuk memilih investasi di Eropa ataupun Timur Tengah.

Dia menegaskan, pilihan investasi asing jatuh ke emerging market yang punya struktur ekonomi yang solid. Menurutnya, Indonesia ada dalam daftar kategori itu selain negara BRICS (Brazil, Russia, India, China and South Africa).

Apalagi, Indonesia baru mendapatkan investment grade dari Fitch Rating dan Moody's Investor Service. Menurut dia, Standard & Poor's Rating Service (S&P) juga akan menyusul dalam waktu dekat. “Indonesia masih menawarkan return yang menarik dari sisi keuangan baik pasar modal maupun investasi riil (FDI). Angka FDI masih terus akan naik,” imbuhnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar