Senin, 05 Maret 2012

Waspada Mengejar Reli Indeks

INILAH.COM, Jakarta – Bursa saham domestik pada Senin (5/3) diperkirakan akan melanjutkan apresiasi. Investor pun sebaiknya waspada dalam mengejar reli indeks.

Edwin Sebayang, analis pasar modal dari MNC Securities mengatakan, ada peluang penguatan bagi IHSG pekan ini. Beberapa kabar eksternal yang kondusif menjadi katalisnya,” IHSG masih berpeluang melanjutkan penguatan menuju level 4.034, karena pola bullish engulfing yang terbentuk pada trend harian,”ujarnya kepada INILAH.COM.

Koreksi tipis cenderung flat terjadi di bursa AS akhir pekan lalu, sementara harga minyak mentah dunia kembali di bawah US$110 per barel. Indeksvolatility (VIX) juga kembali turun, yang menggambarkan meningkatnya lagi risk appetite investor. “Situasi eksternal yang cenderung kondusif ini akan membuka peluang penguatan IHSG lebih lanjut,” katanya.

Ia menilai, meskipun besaran kenaikan BBM premium (bersubsidi) belum ditetapkan , namun dampak tekanannya ke inflasi diperkirakan sudah mulai terukur. “Apalagi dengan data inflasi Februari yang relatif super rendah,”ucapnya.

Inflasi 2012 diperkirakan masih bisa dikendalikan oleh otoritas moneter karena trend harga komoditas pangan masih turun, food inflasi merupakan komponen terbesar dalam perhitungan CPI (Indeks Harga Konsumen) di Indonesia.

Sedangkan Yuganur Widjanarko dari HD Capital menilai, penutupan IHSG di atas level psikologis 4000 akhir pekan lalu, terkesan dipaksakan. Terutama karena asing masih dalam posisi net sell cukup besar di saham Astra International (ASII), yang merupakan motor penggerak IHSG, serta melemahnya nilai tukar rupiah ke US$9100.

“Situasi ini mengharuskan investor berhati-hati dalam mengejar reli dan tetap melakukan buy on weakness, karena sentimen regional yang masih fluktuatif,”katanya.

Di tengah situasi ini, beberapa saham masih dijagokan. Salah satunya adalah emiten consumer big cap rokok Gudang Garam (GGRM). Ia merekomendasikan akumulasi GGRM, bila terjadi koreksi di GGRM untuk mengisi price gap bawah kedua.

“Hal ini karena permintaan rokok inelastis terhadap kenaikan harga jual, bila memang pencabutan subsidi BBM sebesar Rp1.500-2.000 jadi diberlakukan April ini,”ujarnya.

Saham pilihan selanjutnya adalah Bank Negara Indonesia (BBNI). Yuga menilai, kegagalan untuk menutup di atas resistance kunci 3.775 selama tiga hari lebih, menyimpulkan bahwa akan terjadi koreksi sehat di emiten perbankan BUMN dengan fokus ke retail dan corporate ini.

“Namun, situasi ini bisa dijadikan kesempatan untuk akumulasi trading jangka pendek,”paparnya.

Yuga juga merekomendasikan akumulasi untuk saham penyedia gas ke end user domestik dan pemilik infrastruktur pipa, Perusahaan Gas Negara (PGAS), bila terjadi kroeksi. Pasalnya, pascakenaikan BBM di April, penyesuaian ke atas untuk harga jual negosiasi kontrak gas dapat berjalan lebih lanjar, sehingga biaya yang ditanggung selama ini bisa berkurang.

Adapun saham Astra International (ASII) menarik, karena secara fundamental, perhitungan proyeksi laba 2012 masih sesuai dengan harga wajar fundamental 12 bulan kedepan di atas Rp80.000.

Pelemahan rupiah memang negatif untuk emiten unggulan penggerak indeks dari sektor consumer otomotif ini. Karena dapat memicu kenaikan bahan impor pembuatan mobil dan membuat cost offshore financing naik, “Sehingga wajar bila terjadi koreksi minor untuk menutup price gap bawah,”tutupnya.

Pada perdagangan Jumat (2/3), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup menguat 42,58 poin atau 1,1% ke 4.004,87. Volume perdagangan mencapai 3,2 miliar saham senilai Rp3,8 triliun.

Perdagangan diwarnai dengan 154 saham menguat, 92 saham melemah dan 102 saham stagnan. IHSG mengalami net foeign buy mencapai Rp584,2 miliar dengan pembelian asing sebesar Rp1,9 triliun dan penjualan asing Rp1,3 triliun. [nat]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar