Senin, 02 Mei 2011

IHSG Pekan Ini Siap Melaju Tapi Waspadai Koreksi

Headline
INILAH.COM, Jakarta – Laju IHSG pekan ini diprediksi naik karena resistance 3.815 sudah ditembus. Namun, lajunya dihantui koreksi. Sebab pekan lalu, 12 dari 19 emiten, merilis laba bersih di bawah ekspektasi.

Head of Research Division PT Universal Broker Indonesia Satrio Utomo mengatakan, potensi penguatan indeks saham domestik pekan ini, karena secara teknikal, IHSG masih berada dalam tren naik. Sebab, resistance di level 3.815 sudah ditembus sehingga menjadi sentimen positif di market.

Lalu, imbuh Satrio, di atas level tersebut sudah tidak ada lagi resistance hingga 3.950-4.000. “Karena itu, IHSG^JKSE akan bergerak dalam kisaran support 3.789 dan resistance 3.950-4.000 dalam sepekan ke depan,” katanya kepada INILAH.COM, di Jakarta, Minggu (1/5).

Pada perdagangan Jumat (29/4), Indeks Harga Saham Gabungan ((IHSG ) ditutup menguat 10,689 poin (0,28%) ke level 3.819,618. Sedangkan indeks saham unggulan LQ45 melemah tipis 0,263 poin (0,03%) ke level 680.631.

Namun demikian, Satrio mengingatkan, pelaku pasar harus melihat fakta bahwa laporan keuangan berbagai emiten yang dirilis pekan lalu, tidak terlalu menggembirakan. Menurutnya, beberapa saham di sektor perbankan merilis kinerja di bawah ekspektasi pada kuartal I/2011. Di antaranya, PT Bank Central Asia (BBCA) yang laba bersihnya 15% di bawah ekspektasi.

Begitu juga PT Bank Tabungan Negara (BBTN), PT Indofood Sukses Makmur (INDF), PT Semen Gresik (SMGR) dan PT Kalbe Farma (KLBF). “Rata-rata kinerja emiten yang dirilis pekan lalu, berada 2,4% di bawah ekspektasi pasar,” ungkap Satrio.

Dia menjelaskan, dari 35 emiten yang diamatinya, 19 emiten sudah merilis kinerja keuangannya. 12 dari 19 emiten itu berada di bawah ekspektasi. Artinya, 63% laporan kinerja emiten yang dirilis pekan lalu berada di bawah ekspektasi. “Ini juga berarti, kenaikan biaya produksi dalam tiga bulan terakhir, memicu penurunan laba perusahaan,” tandasnya.

Hanya saham-saham di sektor crude palm oil (CPO) yang rata-rata mencatatkan kinerja yang positif di atas ekspektasi. Karena itu, saham-saham di sektor ini terus diburu sehingga mengerek naik harga sahamnya. Sektor ini juga bisa jadi penggerak indeks pekan ini.

“Untuk saham-saham CPO, hanya PT Astra Agro Lestari (AALI yang merilis kinerja keuangannya di bawah ekspektasi. Sedangkan PT Sampoerna Agro (SGRO) jauh di atas ekspektasi,” paparnya.

Satrio mewanti-wanti, agar pelaku pasar hati-hati saat terjadi pembalikan arah (melemah) market ke bawah support 3.789. Jika level tersebut ditembus, koreksi IHSG bisa terjadi berkepanjangan. “Dengan laporan keuangan yang dirilis di bawah ekspektasi, saya tidak terlalu optimistis IHSG bisa mencapai resistance 3.950 pekan ini,” imbuhnya.

Di sisi lain, investor juga banyak yang kecewa terhadap saham PT Bank Rakyat Indonesia (BBRI). Sebab, direksi optimistis merilis laba bersih Rp4 triliun. Tapi, pekan lalu, emiten ini hanya merilis laba bersih Rp3,2 triliun. “Kondisi itu, membuat BBRI mengalami tekanan jual yang cukup besar meskipun pada akhirnya, posisi penutupan di level Rp6.450,” ungkapnya. Sekarang, kata Satrio, pasar tinggal menunggu laporan keuangan dari PT Bank Mandiri yang diperkirakan bakal positif.

Dalam situasi ini, Satrio hanya merekomendasikan positif saham-saham yang akan merilis kinerja positif di atas ekspektasi sehingga masih berpotensi menguat. Saham-saham tersebut juga berpotensi jadi penggerak market pekan ini.

Saham-saham pilihanya adalah PT Perusahaan Gas Negara (PGAS) yang bisa menembus resistance Rp4.050. Jika ditembus penguatan berikutnya ke level Rp4.150. PT Bank Mandiri (BMRI) dan PT London Sumatera Indonesia (LSIP).

Dia hanya merekomendasikan tiga saham tersebut karena khawatir market balik arah. Jika market naik, saham-saham tersebut bisa jadi penggeraknya. Tapi, kalau market turun, saham BMRI dan LSIP bisa jadi saham yang defensif. “Saya rekomendasikan akumulasi beli tiga saham itu,” tuturnya.

Sementara itu, PT Astra Internasional (ASII) memang sudah merilis kinerjanya akhir pekan lalu yang sangat positif di atas ekspektasi. Tapi, investor harus melihat bagaimana reaksi pasar atas ASII di pekan ini.

Menurut Satrio, ada kemungkinan terjadi sell on news di saham otomotif ini. Sebab, pelaku pasar cenderung konsentrasi pada kelanjutan produksi mobilnya. Jika ada gejala sell on news, bisa membuat market tertekan. “Saya rekomendasikan sell on strength saham ASII antara Rp56.500-Rp58.000,” imbuh Satrio. [mdr]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar