Jumat, 21 Oktober 2011

Market Berfluktuasi, Pilih Saham Recehan!

INILAH.COM, Jakarta – Krisis Eropa belum bisa dipastikan sampai kapan. Selama itu pula IHSG bakal fluktuatif. Investor lebih baik di luar market sedangkan trader (jangka pendek) bisa bermain saham recehan.

Pengamat pasar modal Teguh Hidayat mengatakan, trader harian hingga bulanan masuk kategori investor jangka pendek. Menurutnya, dalam situasi market yang fluktuatif, mereka bisa melakukan pembelian saham saat IHSG turun dan jual saat naik.

Tapi, lanjutnya, untuk investor jangka panjang saat ini, lebih baik berada di luar market. Sebab, krisis utang Eropa belum bisa diraba kedalamannya sampai di mana. “Meskipun, pada Minggu, 23 Oktober 2011, merupakan puncak acara KTT (Konferensi Tingkat Tinggi) Uni Eropa untuk resolusi krisis utang kawasan itu,” katanya kepada INILAH.COM, di Jakarta, Kamis (20/10).

Dalam situasi yang tak pasti, Teguh menyarankan para trader, untuk mencermati saham-saham yang tidak terpengaruh oleh laju IHSG. Saham-saham tersebut bukan saham-saham defensive melainkan saham yang memiliki pergerakannya sendiri. “Artinya, saat IHSG turun, dia tidak turun. Tapi, saat IHSG naik, juga tidak naik,” ujarnya.

Teguh menegaskan, saham-saham itu memiliki pergerakannya sendiri, kadang naik dan kadang turun. Saham-saham dalam kategori ini adalah yang masuk kategori harga saham recehan (dimmers stock) di bawah Rp1.000 per saham.

Adapun saham-saham yang masuk kategori seperti ini, Teguh memiliki dua pilihan: PT Garda Tujuh Buana (GTBO) dan PT Total Bangun Persada (TOTL). “Dua saham itu, secara fundamental bagus, tidak terpengaruh oleh fluktuasi IHSG, dan harganya saat ini cukup murah,” ujarnya.

Karena itu, dia menegaskan, trader tak perlu khawatir pembelian akan nyangkut pada saham tersebut. Kalaupun nyangkut, tinggal average down. Meski begitu, ia tetap menyarankan untuk mengambilnya secara bertahap. “Sebab, risiko market saat ini sangat besar,” ujarnya.

Menurutnya, jika trader bisa merealisasikan keuntungan GTBO di level Rp175 itu, sudah untung lumayan. Sementara itu, untuk pembelian, trader bisa mengambilnya di level Rp120 yang merupakan level terendahnya.

Sedangkan untuk TOTL, Teguh menargetkan harga di angka Rp300. Menurutnya, jika ingin masuk, pembelian bisa dilakukan di level Rp200-230. “Jika sudah berada pada kisaran level itu, trader bisa mengambilnya bertahap dan jika ternyata turun lagi ke level Rp220, bisa melakukan pembelian kembali,” ungkap Teguh.

Lebih jauh Teguh menegaskan, saking bagusnya fundamental kedua emiten ini, trader tidak perlu memasang stop loss dalam artian cut loss. “Kalaupun nyangkut, ini hanya soal waktu sebelum dia naik lagi,” paparnya.

Dia mencontohkan, posisi terendah TOTL di level Rp200. Level ini bisa tercapai jika IHSG jeblok. Tapi, menurutnya, level ini susah dicapai karena pola pergerakannya tidak terpengaruh indeks. “Tapi, kalaupun TOTL turun lebih rendah dari Rp200 ke level Rp190-an, tidak perlu panik. Ini hanya soal waktu sebelum dia naik lagi,” tandasnya.

Di sisi lain, valuasi di level Rp200 bagi TOTL sangat murah di bawah Price Earnings Ratio (PER) 10 kali. Begitu juga dengan GTBO. Sebab, GTBO merupakan perusahaan sektor pertambangan batu bara dan TOTL merupakan perusahaan konstruksi.

Dua sektor ini, kata Teguh, rata-rata valuasinya sangat mahal. Karena itu, untuk saham dengan PER di bawah 10 kali, cukup murah dibandingkan valuasi sektornya. “Saya rekomendasikan beli di level tadi, dan jual dalam rentang satu-dua pekan ke depan,” imbuhnya.

Pada perdagangan Kamis (20/10) pukul 15.10 WIB, saham GTBO ditransaksikan turun Rp7 (4,96%) ke level Rp134. Begitu juga dengan saham TOTL yang turun Rp5 (1,92%) ke level Rp255 per saham. [mdr]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar