Rabu, 21 Desember 2011

Disetir sentimen global

JAKARTA. Efek ketidakpastian krisis global masih membawa kecemasan di pasar. Sentimen ini bisa menekan laju penguatan kurs rupiah dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).

Klara Pramesti, analis Bank BNI menilai, angin positif di dalam negeri tak cukup kuat membendung kedatangan sentimen negatif luar negeri. Pernyataan bank sentral Amerika Serikat (AS) The Fed bahwa pertumbuhan negara adidaya itu tahun depan moderat dan lebih baik ketimbang Eropa, menguatkan dollar terhadap valuta lainnya.

Prediksi Klara, kurs rupiah masih melemah hari ini, Rabu (21/12). Nilainya bergerak di kisaran Rp 9.050-Rp 9.100 per dollar AS.

Kemarin, rupiah melemah 0,13% ke Rp 9.080 per dollar AS. Klara bilang, minat pelaku pasar bertransaksi mulai surut di akhir tahun. Arus dana asing cenderung berkurang. "Investor lebih pilih menahan diri dan tetap memegang dollar AS," imbuh dia.

Nasib IHSG diprediksi lebih baik meski fluktuatif. "Seandainya indeks kembali melemah, masih ada sentimen positif dari dalam negeri yang menahan agar tidak terlampau anjlok," kata Purwoko Sartono, analis Panin Sekuritas.

Prediksi dia, IHSG bergerak di kisaran 3.730-3.789, cenderung menguat. "Window dressing mendorong indeks naik," kata Purwoko.

Adapun, analis Mega Capital Indonesia, Fadlillah Qudsi, memprediksi, indeks bergerak di rentang 3.720-3.815 dengan kecenderungan menguat terbatas. "Indeks berpeluang technical rebound," kata Fadlillah. Kemarin IHSG turun 0,48% menjadi 3.752.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar