Rabu, 21 Desember 2011

Yen masih jadi incaran, Jepang tambah dana

Yen masih jadi incaran, Jepang tambah dana
JAKARTA. Pemerintah Jepang menegaskan kembali kegerahannya terhadap laju penguatan yen. Negeri Matahari Terbit itu berniat meningkatkan porsi dana untuk mengintervensi penguatan USD/JPY.

Pasangan USD/JPY naik tipis 0,23% menjadi 77,87, kemarin (20/12). Sejatinya, penguatan nilai tukar yen masih terhitung belum ekstrem. Sejak intervensi Bank of Japan (BoJ), bank sentral Jepang, Oktober lalu, USD/JPY kini masih jauh dari level terkuatnya di level 75,35.

Namun, bila dibandingkan dengan posisi awal tahun di mana yen masih bertengger di kisaran ¥ 81,74 per dollar Amerika Serikat (AS), pergerakan USD/JPY sejauh ini masih terbilang di level bullish. Nilai tukar yen terhadap the greenback sudah naik hingga 4,6%. Yang perlu menjadi catatan, penguatan tetap terjadi, kendati BoJ telah campur tangan ke pasar hingga tiga kali di tahun ini.

Supaya yen tidak terbang semakin tinggi, Jepang kembali menegaskan kebijakan intervensinya. Kementerian Keuangan Jepang, berencana meningkatkan plafon dana intervensi menjadi ¥ 195 triliun atau setara US$ 2,5 triliun.

Nilai yang disiapkan merupakan rekor tertinggi dana intervensi Jepang sepanjang sejarah. Seakan takut dana tersebut tidak memadai, Jepang menyiapkan dana ekstra senilai ¥ 65 triliun. "Penambahan ini untuk mengambil tindakan tegas jika diperlukan," kata Jun Azumi, Menteri Keuangan Jepang, seperti dikutip Bloomberg, kemarin (20/12).

Klara Pramesti, analis valuta asing Bank BNI, menilai, penambahan dana intervensi yen mengindikasikan peluang penguatan yen. "Krisis Eropa masih tak menentu membuat perburuan yen masih berlanjut," kata dia.

Jepang ingin menahan penguatan yen demi menjaga ekonomi mereka. Maklum, ekonomi Jepang banyak bergantung pada ekspor. Jika yen terlalu kuat, kinerja ekspor mereka bisa keok.

Pembalikan carry trade
Albertus Christian, analis Monex Investindo Futures, menambahkan, pamor yen sulit untuk diabaikan investor kendati Jepang masih mempertahankan kebijakan bunga acuan nol persen alias zero interest rate policy. Kemungkinan besar animo investor ini terdorong gelombang unwinding carry trade.

Di antara para pemodal, yen merupakan valuta favorit untuk melakukan transaksi carry trade. Istilah itu merujuk ke meminjam dengan valuta berbunga rendah, seperti yen, untuk ditempatkan di valuta yang menawarkan imbal hasil tinggi, semacam rupiah.

Di saat krisis, risiko carry trade meningkat tajam. Kebanyakan pemodal akan mencari tempat aman dan menghindari risiko alias unwinding carry trade. Aksi ini kebalikan dari carry trade, yakni si pemodal akan membeli portofolio yang lebih aman demi mengurangi risiko. Karena kebanyakan pemain carry trade menggunakan yen, yen pun laris manis.

Albertus memprediksi, jika krisis Eropa semakin parah, unwind carry trade dalam skala besar seperti yang terjadi pada 2008, kembali terlihat. Proyeksi dia, USD/JPY bisa terkerek ke 76,50, akhir tahun ini. "Intervensi tidak akan kuat menahan apresiasi yen. USD/JPY sulit kembali ke atas 78," kata Albertus.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar