Jumat, 06 Januari 2012

Geopolitik Iran Untungkan Dolar AS

Headline
INILAH.COM, Jakarta - Kurs rupiah di pasar spot valas antar bank Jakarta, Jumat (6/1) diprediksi melemah. Ekspektasi Factory Order Jerman, retail sales Eropa dan naiknya tensi geopolitik Iran jadi pemicunya.

Analis senior Monex Investindo Futures Zulfirman Basir mengatakan, potensi pelemahan rupiah akhir pekan ini, rilis data factory order Jerman nanti sore yang sudah diperkirakan negatif. Angkanya diprediksi turun jadi -1,7% dari sebelumnya 5,2%.

Begitu juga dengan data retail sales Eropa yang akan dirilis pukul 17.00 WIB. Angkanya sudah diprediksi turun jadi -0,2% dari sebelumnya 0,4%. "Karena itu, rupiah cenderung melemah dan akan bergerak dalam kisaran 9.080-9.170 per dolar AS,” katanya kepada INILAH.COM.

Kondisi itu, lanjut Firman, akan memperburuk kekhawatiran resesi di zona euro seiring memburuknya indikator ekonomi Uni Eropa dan lonjakan yield obligasi kawasan itu.

Pada saat yang sama, rupiah juga mendapat tekanan dari kondisi geopolitik Iran juga masih menguntungkan dolar AS. Apalagi, Eropa yang sudah menyetujui untuk melakukan embargo minyak Iran.

Sebelumnya, kata Firman, Iran sudah mengancam untuk memblokede Selat Hormuz yang merupakan tempat lalu lintas utama minyak dunia. "Karena itu, meningkatnya tensi geeopolitik akan meningkatkan minat pasar pada aset-aset safe haven dolar AS sehingga memperlemah rupiah," imbuhnya.

Apalagi, pasar juga dihadapkan pada data non-farm payrolls AS yang akan dirilis nanti malam yang angkanya sudah diperkirakan positif dan menguntungkan dolar AS. Karena itu, secara umum, rupiah masih akan tertekan. "Kalaupun terjadi penguatan hanya bersifat sementara dan itupun karena ditopang oleh intervensi dari Bank Indonesia," tuturnya.

Setelah ISM Manufaktur AS dirilis positif, non-farm payrolls AS juga sudah diperkirakan positif. Angkanya diprediksi naik jadi 150 ribu dari data sebelumnya 120 ribu. "Memang, biasanya, jika data AS positif, hasrat pasar pada aset-aset berisiko juga naik termasuk rupiah," paparnya.

Tapi, kata Firman, karena data non-farm payrolls dirilis setelah bursa saham Indonesia tutup, efek positifnya baru akan terasa pada awal pekan depan, Senin (9/1) pagi. "Sebab, sebelum non-farm payrolls AS dirilis, pasar juga sudah mendapat rilis Pesanan Pabrik (factory order) Jerman yang angkanya negatif," ungkap dia.

Secara umum, pelemahan rupiah masih didominasi oleh kekhawatiran pendanaan utang pemerintah Eropa seiring dengan tingginya yield obligasi kawasan itu. "Di lain pihak, dolar AS masih menarik minat investor seiring terus membaiknya indikator ekonomi AS," imbuhnya.

Asal tahu saja, kurs rupiah di pasar spot valas antar bank Jakarta, Kamis (5/1) ditutup menguat 20 poin (0,21%) ke level 9.100/9.130 per dolar AS.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar