Rabu, 04 Januari 2012

Lelang Obligasi Jerman, Rupiah Bisa Naik Tipis

Headline
INILAH.COM, Jakarta - Kurs rupiah di pasar spot valas antar bank Jakarta, Rabu (4/1) diprediski menguat merespon FOMC minutes semalam. Tapi, penguatan akan terbatas, mengantisipasi lelang obligasi Jerman sore nanti.

Analis senior Monex Investindo Futures Zulfirman Basir mengatakan, potensi penguatan rupiah hari ini salah satunya dipicu oleh respon pasar atas hasil Federal Open Market Committee (FOMC) semalam. Menurutnya, The Fed masih melihat berlanjutnya pemulihan ekonomi AS.

Walaupun, kata dia, pemulihan tersebut masih dibayangi oleh ancaman memburuknya krisis utang di zona euro. "Karena itu, rupiah cenderung menguat terbatas dan akan bergerak dalam kisaran 9.080-9.150 per dolar AS,” katanya kepada INILAH.COM.

Firman menjelaskan, FOMC minutes hanya memberikan The Fed 'sedikit' alasan untuk melakukan Quantitative Easing (QE) tahap ketiga. "Walaupun salah satu petingginya, Charles L Evans tetap menyerukan QE tahap ketiga," timpalnya.

Kondisi ini, kata Firman, memang memperkuat dolar AS. Tapi, efek positif terhadap bersa saham juga membuat rupiah menguat. "Selama The Fed optimistis pemulihan ekonomi AS akan terus berlanjut dengan tipisnya ruang QE tahap ketiga, berpengaruh positif," tuturnya.

Begitu juga jika sebaliknya yang akan memicu risk aversion (penghindaran risiko) sehingga jadi tekanan bagi aset-aset berisiko seperti rupiah.

Namun demikian, penguatan rupiah akan berkurang seiring investor yang kembali fokus jelang penutupan market untuk mengantisipasi lelang obligasi Jerman pukul 17.00 WIB. "Karena itu, penguatan rupiah bersifat sementara dan dibutuhkan intervensi dari Bank Indonesia. Setidaknya hingga kuartal pertama 2012," timpalnya.

Di sisi lain, bagaimanapun, rupiah juga akan bergerak lebar seiring masih tipisnya volume perdagangan. Penguatan rupiah sulit dipertahankan. "Sebab, biasanya, investor menyukai berhati-hati jelang lelang obligasi negara di Eropa. Bagaimanapun meluasnya penyebaran krisis tetap ada," tandas Firman.

Selain itu, lanjutnya, inflasi Eropa juga segera dirilis pada sore ini. Angkanya sudah diprediksi melambat sehingga kurang positif sentimennya bagi mata uang euro. "Jika inflasi berkurang tentunya akan menegaskan kebijakan pelonggaran moneter dengan penurunan suku bunga sehingga jadi tekanan bagi euro dan tidak mendukung penguatan rupiah," imbuhnya.

Asal tahu saja, kurs rupiah di pasar spot valas antar bank Jakarta, Selasa (3/1) ditutup melemah 40 poin (0,43%) ke level 9.110/9.120 per dolar AS.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar