Rabu, 04 Januari 2012

IHSG 2012 Capai 4.400 atau Anjlok ke 2.275?

INILAH.COM, Jakarta – Seiring ketidakpastian krisis utang Uni Eropa, IHSG di 2012 hanya ditargetkan di level 4.400. Bahkan, ada proyeksi, indeks justru melemah ke level 2.275. Seperti apa?

Managing Research Indosurya Asset Management Reza Priyambada mengatakan, pemicu pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG ) pada 2012, masih sama seperti 2011 yakni seputar krisis utang Uni Eropa. Tahun depan, menurutnya, jadi ujian bagi kawasan itu untuk menyelesaikan krisis.

Selama ini, pasar selalu dihadapkan pada berita segala macam pertemuan di kawasan itu, tapi belum terlihat solusi konkrit yang dihasilkan. “Diharapkan, pada 2012, ada solusi konkrit sehingga membawa sentimen positif bagi bursa global termasuk IHSG yang lajunya sangat rentan terhadap kondisi di luar negeri,” katanya kepadaINILAH.COM, di Jakarta, baru-baru ini.

Kenaikan indeks, menurutnya, tentu dengan catatan bahwa tensi krisis utang Uni Eropa mengalami penurunan. “Untuk 2012, kalaupun akhir tahun bisa ditutup di level 3.950-4.000, target resistance IHSG di level 4.200-4.400 dan support di level 3.700-3.900,” paparnya. “Target valuasi Price Earnings Ratio (PER) IHSG di level 20-22 kali.”

Reza mengaku, tidak berani pasang target tinggi. Sebab, berdasarkan pengalaman 2011, banyak analis yang memasang target tinggi, tapi tak terbukti. “Jadi, untuk mengantisipasi situasi negatif, target pun tidak bisa terlalu tinggi,” tutur Reza.

Dia menegaskan, kondisi krisis utang Uni Eropa masih meraba-raba sehingga ia bisa memaklumi analis lain yang justru memberikan outlook negatif. “Ini tergantung pada apakah krisis Uni Eropa bisa cepat diatasi atau justru semakindalam,” timpalnya. Kalaupun Uni Eropa sudah menemukan solusi konkrit, menurutnya, pasar juga harus memastikan implementasinya. Jika bisa diimplementasikan, krisis utang bisa cepat diatasi.

Sementara dari internal, menurutnya, indeks mendapat sentimen positif dari Gross Domestic Product (GDP) Indonesia yang terus positif. Tapi, sentimen positif itu masih tertutupi oleh sentimen negatif dari eksternal. “Karena itu, IHSG punya potensi kenaikan tapi tidak signifikan,” ujarnya.

Di sisi lain, kata dia, sentimen positif dari gelar investment grade yang diraih Indonesia ternyata tidak bisa berharap banyak. Jangan sampai, lanjut Reza, Indonesia mengejar gelar tersebut, tapi setelah mendapatkannya, tidak bisa mempertahankan akibat buruknya infrastruktur sehingga dampaknya akan lebih bahaya lagi.

Karena itu, menurutnya, Indonesia lebih baik mempertahankan PDB agar terus positif dengan pembenahan sarana infrastruktur dan pendukung lainnya. Birokrasi dipermudah dan kepastian hukum dibenahi. “Setelah itu tertib, baru layak dapat investment grade,” ucap Reza.

Apalagi, kata dia, data-data makro ekonomi belakangan ini, lebih baik di atas kertas tapi tidak mencerminkan kondisi riil di lapangan. Dia mencontohkan, PDB 6,5% yang 65%-nya ditopang oleh konsumsi domestik. “Tapi, konsumsi ini hanya ditopang oleh masyarat tertentu,” timpalnya.

Angka PDB merupakan pendapatan rata-rata semua rakyat Indonesia antara yang miskin dan kaya sehingga menjadi bias. “Tidak bisa diklaim, ekonomi Indonesia tumbuh karena hanya ditopang oleh konsumsi orang terkaya, tidak merata,” ucapnya.

Di atas semua itu, Reza memperkirakan, sektor saham yang bakal menjadi penggerak indeks 2012 adalah perbankan, perdagangan dan consumer goods. Sebab, secara fundamental lebih ditopang faktor domestic demand sehingga relatif tahan terhadap eksternal dibandingkan sektor lain. “Seperti pertambangan, yang secara fundamental emiten sangat positif tapi sangat rentan terhadap pergerakan harga komoditas,” tuturnya.

Saham-saham pilihan Reza untuk 2012 adalah PT Astra Internasional (ASII), PT Gudang Garam (GGRM), PT United Tractor (UNTR), PT Bank Rakyat Indonesia (BBRI), PT Bank Mandiri (BMRI) dan PT Bank Danamon (BDMN).

Menurutnya, sepanjang 2012, saham-saham tersebut memiliki potential upside 9-10% dari harga saat ini. “Saya rekomendasikan buy saham-saham tersebut karena outlooknya masih positif,” imbuhnya.

Dihubungi terpisah, Wakil Kepala Riset Valbury Asia Securities Nico Omer Jonckheere mengatakan, kondisi teknikal bursa saham Indonesia dan bursa saham AS jauh berbeda. IHSG berada dalam sebuah secular Bull Market sementara Dow Jones sebaliknya, sedang membentuk sebuah secular Bear Market.

Kini, lanjutnya, bursa saham Indonesia telah menyelesaikan intermediate wave pertama (1) dari primary wave 3. Artinya, selanjutnya IHSG akan membentuk intermediate wave kedua (2) yang turun karena sifatnya korektif.

Lalu, perlu juga diingat bahwa suatu corrective wave, yang bergerak berlawanan dengan tren utama, terdiri dari 3 gelombang. Dalam hal ini, minor wave A bergerak dari 4.195,724 hingga 3.217,951 sedangkan wave B masih berjalan pada saat ini dan sudah atau belum mencatat level tertingginya dari wave B di 3.875,112. Terakhir wave C yang turun kemungkinan baru akan mulai ketika support dari channel line tertembus ke bawah.

Pada 2012, target koreksi yang wajar untuk IHSG terletak antara sekitar 2.275 dan 2.642, yang masing-masing merupakan 61,8% dan 50% dari Fibonacci retracements. Dengan kata lain bursa saham Indonesia masih bisa tertekan 30% sampai 40% dari level sekarang. “Pada dasarnya, ini merupakan suatu koreksi yang wajar pada waktu kita mengalami sebuah cyclical bear market,” imbuhnya.

Pengamat pasar modal Willy Sanjaya memperkirakan, pada kuartal pertama 2012, IHSG bakal mengarah ke level resistance 4.000-4.100 jika tidak ada hal-hal yang aneh dari Eropa. Menurut perkiraannya, hingga akhir tahun depan, target indeks tidak terlalu tinggi di level 4.000-4.500.

Level itu bisa dicapai karena data inflasi Indonesia bakal terkendali di level 4,5-5%, ekonomi yang terus bertumbuh, dan cadangan devisa yang terus naik. “Tahun depan juga, tidak ada hal-hal yang mengganggu dari sisi politik. Sebab, kampanye politik baru akan mulai pada 2013,” imbuhnya. [mdr]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar