Rabu, 04 Januari 2012

Siap-siap Berburu Saham Tambang

Headline
INILAH.COM, Jakarta - Harga minyak dan krisis utang Eropa tampaknya akan menjadi aktor utama yang akan mempengaruhi transaksi di Bursa Efek Indonesia (BEI) dalam beberapa pekan ke depan. Minyak, contohnya.

Memanasnya hubungan Amerika dan Iran diperkirakan bakal mengangkat si emas hitam hingga US$150 per barel. Beberapa hari sebelum tutup tahun 2011, minyak jenis Brent untuk pengiriman Februari sudah ditransaksikan US$ 108,01 atau naik US$0,45 di ICE Future Europe Exchange, London.

Wahyu Laksono, Kepala Riset Real Time Futures, memperkirakan kisruh di kawasan selat Hormuz akan berdampak negatif terhadap transaksi di Bursa Efek Indonesia (BEI). Melorotnya indeks di awal pembukaan BEI (Senin, 2/1), salah satunya disebabkan oleh isu tersebut.

“Situasinya bisa mirip atau sama dengan 2008, dimana saat itu harga minyak sempat menyentuh US$140 per barel,” katanya. Wahyu pun yakin, penguatan harga si emas hitam akan menekan harga komoditas lainnya yang terkait dengan industri.

Pendapat Wahyu diamini seorang analis dari Sinar Mas Sukuritas. Menurutnya, selain aksi profit taking, penurunan indeks Senin kemarin juga didorong sikap antisipasi investor terhadap inflasi. “Kenaikan harga minyak dan banjir bisa menyebabkan harga kebutuhan pokok melambung. Itu akan membakar inflasi,” katanya.

Nah, lantaran harga saham sudah terokreksi, ia melihat adanya sejumlah peluang yang bisa dimanfaatkan para investor selama beberapa hari ke depan. Beberapa saham yang disarankan untuk dikoleksi adalah saham PT Gas Negara (PGAS), PT Aneka Tambang (ANTM), PT Timah (TINS) dan tentu saja PT Medco Energy (MEDC).

Sungguhpun indeks diyakini akan menguat, para analis mengingatkan investor untuk mencermati pergerakan indeks di pasar regional seperti Dow Jones, Nikkei, dan Hang Seng. Indeks Hang Seng dan Nikkei kemarin menguat 443,02 poin (2,4%) dan 56,46 poin (0,67%).

Penguatan kedua indeks tersebut akan memberikan sentimen positif terhadap BEI. Di luar itu, January effect dan laporan keuangan emiten akhir tahun akan mendorong penguatan sejumlah harga saham. Misalnya saham PT Bank Central Asia (BBCA) yang pada kuartal III 2011 membukukan laba bersih sebesar Rp 2,86 triliun atau naik 42%. [mdr]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar