Senin, 27 Februari 2012

Harga BBM Naik, Investor Cenderung Likuidasi Saham

INILAH.COM, Jakarta – Dalam sepekan ke depan, peluang kenaikan IHSG masih 50%. Seiring rencana kenaikan harga BBM, investor cenderung likuidasi saham. Tapi, saham batu bara layak trading.

Pengamat pasar modal Irwan Ariston Napitupulu mengatakan hal itu kepada INILAH.COM. Menurutnya, untuk Senin (27/2), IHSG berpeluang technical rebound selama tidak ada berita negatif baik dari eksternal maupun internal. Tapi, dalam sepekan ke depan tren-nya masih konsolidasi, meskipun, pada saat IHSG di level 3.850-anakhir pekan lalu,tampak adanya buying power.

Sayangya, kata dia, buying power itu, belum mengonfirmasi technical rebound. Sebab, dikhawatirkan, hal itu lebih dipicu oleh pelaku yang mengambil posisi short sellingapakah covering up dari posisi short selling-nya itu atau pembeli baru. “Tapi, secara umum, peluang pelemehan dan penguatan IHSG dalam sepekan ke depan masih 50:50 dan pergerakannya masih akan berada dalam kisarannya,” katanya kepada INILAH.COM.

Pada perdagangan Jumat (24/2), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG ) ditutup melemah 64,25 poin (1,62%) ke level 3.894,562 dengan intraday tertinggi 3.959,101 dan terendah 3.850,128. Begitu juga indeks saham unggulan LQ45 yang turun 13,32 poin (1,94%) ke angka 671,649.Berikut ini wawancara lengkapnya:

IHSG melemah tajam 64,25 poin. Apakah tren pergerakan IHSG sudah berubah menjadi bearish?
Posisi IHSG saat ini lebih bersifat konsolidasi dan belum berubah menjadi bearish. Pelemahan IHSG lebih dipicu oleh faktor internal yakni wacana kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) yang digulirkan pemerintah dalam dua hari terakhir ini. Karena itujuga,indeks mengalami tekanan jualdalam dua hari terakhir.

Ada peluang BBM naik Rp500-1.500 per liter. Isu kenaikan BBM membuat beberapa investor cenderung melikuidasi saham yang mereka miliki.Sudah di atas 50%kemungkinannya, pemerintah akan mengajukan kenaikan dan jika DPR tidak setuju akan mengeluarkan Perpu pengganti Undang-undang. Karena itu, pada 1 April, harga BBM dipastikan sudah naik.Masalah besaran kenaikannyabelum jelas apakah Rp500, Rp1.000, atau Rp1.500. Menurut saya kemingkinan BBM naik Rp1.000 walaupun itu bukan solusi yang baik.

Potensi inflasinya?
Menurut BI, jika BBM naik Rp1.500, inflasi akan melampaui target BI yang di level 5,5%. Karena itu, market bereaksi negatif. Maskipun, jelang akhir perdagangan terjadi technical rebound saat IHSG berada di level 3.850.

Kalau begitu, bagaimana arah IHSG dalam sepekan ke depan?
Untuk awal pekan, Senin (27/2), IHSG berpeluang technical rebound selama tidak ada berita negatif baik dari eksternal maupun internal. Tapi, dalam sepekan ke depan tren-nya masih konsolidasi.

Memang, pada saat IHSG di level 3.850-an, saya melihat adanya buying power.Tapi, ini belum mengonfirmasi technical rebound. Sebab, dikhawatirkan buying power itu lebih dipicu oleh pelaku yang mengambil posisi short selling. Baik covering up dari posisi short selling-nya untuk diangkat lagi atau pembeli baru. Saya belum tahu.

Tapi, secara umum, peluang pelemehan dan penguatan IHSG dalam sepekan ke depan masih 50:50 dan pergerakannya masih akan berada dalam kisarannya.

Level support dan resistance IHSG?
Level 3.850 menjadi support dalam sepekan ke depan dan 3.920-3.950 sebagai level resistance-nya. Pekan ini, IHSG dalam proses pengujian level support. Jika kuat, akan mengarah kearah resistance. Sebab, tekanan jual bukan karena faktor regional melainkan internalyakni faktor rencana kenaikan harga BBM.

Lantas, saham apa saja yang Anda rekomendasikan?
Dalam situasi market begini, saya cenderung menjagokan saham-saham di sektor batu bara seiring kenaikan harga minyak. Tapi, saham-saham di sektor migas pun bisa diperhatikan. Saham-saham itu akan diuntungkan dari kenaikan harga minyak yang berpotensi naik ke level US$115 per barel untuk hrga NYMEX.

Minyak sangat terkait erat dengan masalah Iran. Jika Iran melunak, bargaining minyak internasional juga akan menurun. Jadi, strategi buy on weakness saat ini nyaman dilakukandan untuk trading tetap memperhatikan grafiknya.

Bagi investor jangka panjang?
Bagi investor jangka panjang, pilihlah saham-saham perbankan seperti PT Bank Negara Indoensia (BBNI), PT Bank Rakyat Indonesia (BBRI) dan PT Bank Mandiri (BMRI). Investor jangka panjang jangan pilih saham batu bara karena volatilitasnya tinggi. Tapi, meski saham-saham perbankan sudah murah, belum ada sinyal beli.

Untuk trading?
Untuk trading, beberapa saham batu bara juga menarik jika melihat grafiknya terutama yang sudah merilis kinerja keuangannya seperti PT Indo Tambang Raya (ITMG). PT Adaro Energy (ADRO) juga menarik dengan memperhatikan chart-nya. PT Indika Energy (INDY) menarik untuk buy on weakness.

Saham-saham second liners bagaimana?
Saham-saham batu bara second liner juga oke-oke saja. Tinggal mencari mana saja yang menarik. Antara lain PT Darma Henwa (DEWA) dengan disiplin stoploss.Sementara itu, peluang di sektor migas masih terbatas. Yang mainnya besar hanya PT Medco Energi (MEDC) yang saat ini masih kurang oke.Secara grafik, tunggu saja dulu. PT Benakat Petroleum Energy (BIPI) juga begitu. Yang lebih jelas pergerakannya adalah saham-saham di sektor batu bara karena likuiditasnya cukup tinggi dengan nilai transaksi yang mumpuni. Jadi, untuk investasi (jangka panjang) masuk di perbankan dan untuk trading masuk di saham batu bara.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar