Selasa, 03 Mei 2011

Indeks Dolar AS Lesu, Rupiah Bangkit

Headline
INILAH.COM, Jakarta - Rupiah masih terus menguat meski indeks saham domestik melemah tajam. Pelemahan indeks dolar AS ke level terendah tiga tahun menjadi katalisnya di tengah ekspektasi kenaikan suku bunga Europe Central Bank (ECB).

Analis Monex Investindo Futures Daru Wibisono mengatakan, penguatan rupiah hari ini masih dipicu oleh melemahnya indeks dolar AS terhadap 16 mata uang utama. Indeks dolar berada di level 73,15 yang merupakan teredah dalam tiga tahun terakhir.

Menurutnya, momentum dolar AS yang masih melemah secara umum, dimanfaatkan oleh investor asing untuk menyimpan asetnya dalam rupiah. Apalagi, pelemahan dolar AS bersifat jangka panjang. "Karena itu, sepanjang perdagangan, rupiah mencapai level terkuatnya 8.535 dan 8.558 sebagai level terlemahnya,” katanya kepada INILAH.COM, di Jakarta, Selasa (3/5).

Kurs rupiah di pasar spot valas antar bank Jakarta, Selasa (3/5) ditutup menguat 6 poin (0,07%) ke level 8.540/8.545 per dolar AS dari posisi kemarin 8.546/8.551.

Dia menambahkan, data di bursa Valas menunjukkan, dolar AS berada di titik terendah dalam 3 tahun terakhir terhadap 16 mata uang dunia. "Pascatewasnya pimpinan Al-Qaida Osama Bin Laden, dolar AS hanya menguat tipis dan tidak bisa beranjak dari level terendahnya 3 tahun itu," ujarnya. Pada saat yang sama, rupiah mencapai level terkuatnya 7 tahun sejak era Presiden Megawati Soekarnoputri.

Lebih jauh dia menjelaskan, pelemahan dolar AS dipicu oleh persepsi pasar bahwa siklus kenaikan suku bunga Bank Sentral AS akan jauh tertinggal oleh kenaikan suku bunga bank sentral lain di dunia. "Salah satunya, Bank Sentral Eropa (ECB) sudah menaikkan suku bunga acuannya sebesar 25 basis poin ke level 1,25%," ucap Daru.

Namun, penguatan rupiah hari ini terbatas. Sebab, pasar mengikuti pergerakan bursa regional yang rata-rata mengalami koreksi. Alhasil, dolar AS melemah terhadap semua mata uang utama termasuk terhadap euro (mata uang gabungan negara-negara Eropa). "Dolar AS melemah ke level US$1,4800 dari sebelumnya US$1,4750 per euro," imbuh Daru.

Dari pasar modal, Head of Researh Valbury Asia Securities Alfiansyah mengatakan, pelemahan Indeks Harga Saham Gabungan ((IHSG ) hari ini sebesar 35,43 poin (0,92%) ke level 3.813,868 dipicu faktor bursa regional yang rata-rata terkoreksi. Di sisi lain, beberapa bursa regional juga libur seperti Nikkei di Jepang. “Regional men jadi faktor utama pemicu indeks tertekan,” ujarnya.

Apalagi, imbuh Alfiansyah, indeks domestik pun sudah rally selama empat hari berturut-turut. Karena itu, indeks juga mendapat tekanan akibat profit taking jangka pendek yang dilakukan pemodal di dalam negeri. “Tapi, saya kira, profit taking di regional dan domestik hanya sementara. Artinya, indeks tetap memberikan harapan penguatan ke depannya,” papar Alfiansyah. [mdr]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar