Jumat, 30 September 2011

Akhir Pekan, Saatnya Sell on Strenght?

INILAH.COM, Jakarta – Penguatan masih mengikuti bursa domestik kemarin. Namun, saham-saham sudah memasuki area jenuh beli. Para analis pun merekomendasikan sell on strenght pada perdagangan akhir pekan ini.

Reliance securities mengatakan, IHSG hari ini akan cenderung konsolidasi. Meskipun potensi penguatan masih terbuka, namun apresiasi hanya akan terbatas. “IHSG akan bergerak di kisaran 3470-3534-3595,”ujarnya.

Beberapa saham dinilai sudah memasuki kondisi jenuh beli sehingga rawan koreksi. Saham-saham tersebut adalah Bank Mandiri (BMRI), Harum Energy (HRUM), Indocement (INTP) dan Perusahaan Gas Negara (PGAS),”Waspadai adanya profit taking pada saham-saham ini,” ungkapnya.

Sementara Arief Fahruri, analis pasar modal dari Erdhika Securities mengatakan, indeks hari ini masih akan bergerak fluktuatif. Kondisi ini diperkirakan berlangsung hingga Oktober, “Namun, untuk hari ini, IHSG akan bergerak di kisaran 3.486-3.569,” ujarnya.

Ia menuturkan, bahwa sentimen positif sudah mulai berhembus dari kawasan regional. “Namun, investor masih mencermati perkembangan kondisi Eropa,”katanya.

Seperti diketahui, indeks Dow Jones dan Standard & Poor dinihari tadi ditutup menguat, setelah kanselir Jerman Angela Merkel memenangkan voting untuk penambahan dana bailout kawasan Eropa. Kendati demikian, Nasdaq merosot akibat aksi jual hebat atas saham-saham perusahaan China yang listing di AS. Hal ini terjadi setelah mencuatnya kabar tentang penyelidikan atas praktek-praktek akunting.

Yuganur Wijanarko dari HD Capital mengatakan, reli masih mungkin terjadi untuk window dressing akhir September dan menyambut laporan keuangan. Namun, apresiasi ini sebaiknya digunakan sebagai ajang sell on strength, karena walaupun Eropa terlihat adem ayem, masalah perekonomian AS belum sepenuhnya beres. “IHSG akan bergerak di level support 3.400-3.300 dan resistance 3.580-3.625-3.725, “ujarnya.

Beberapa saham unggulan dinilai sudah mendekati resisten dan rawan aksi jual. Salah satunya adalah Astra International (ASII). Ia menuturkan, pascabermain di atas price gap sedikit dan setelah menempuh kenaikan beberapa hari, ASII rentan koreksi.

Apalagi naiknya kurs dolar akan membuat asosiasi mobil menaikan harga jual, sehingga memotong profit margin perusahaan. Kemarin, ASII ditutup di level Rp64.050, “Saham ASII berpotensi terkoreksi hingga ke level Rp58.800,” ucapnya.

Saham lain yang disarankan jual adalah Kalbe Farma (KLBF). Emiten consumer dengan PER lumayan mahal ini sangat rentan terhadap koreksi setelah naik berturut-turut selama beberapa hari dan fluktuasi dollar yang masih cenderung melemah dalam 1-3 bulan ke depan. Kenaikan kurs dapat menaikan harga import bahan baku dan secara negatif berimbas ke profit margin. “Rekomendasi jual dengan target koreksi dapat mencapao Rp2.900,”katanya.

Saham perbankan juga menjadi target pelepasan Yuga, jika sudah mencapai level harga resistannya. Seperti BBCA dan BMRI yang diperkirakan akan terkoreksi hingga level masing-masing Rp7.300 dan 5.750. Pada penutupan kemarin, BBCA ditutup di level Rp7.650, sedangkan BMRI di level Rp6.450 per lembarnya.

Yuga menuturkan, bila terjadi koreksi di sektor perbankan pascareli yang tajam, biasanya BBCA akan turun terlebih dulu, karena memiliki valuasi termahal di sektornya. Setelah menutup price gap, dikhawatirkan koreksi akan berlanjut pada pekan depan.

Sedangkan BMRI disarankan jual karena basis aset dana yang dipakai untuk memberikan pinjaman kredit banyak berupa obligasi RI. Ini berarti, pelemahan kurs dollar sangat negatif imbasnya, karena BMRI rentan untuk merubah valuasi dan nilai asset tersebut.


Tommy Yu, Technical analyst Jsxpro.com juga merekomendasikan pelaku pasar merealisasikan keuntungan pada semua saham, karena indeks berpotensi besar terkoreksi hari ini. “Faktor akhir pekan, dimana investor cenderung profit taking, serta sentimen regional, menjadi katalis negatifnya,” katanya.

Ia menyarankan investor melepas saham ketika sudah mencapai target harganya. Saham yang dipilihkan untuk dilepas adalah BBRI, BMRI, BBCA, INTP dan Jasa Marga (JSMR). “Saya rekomendasikan sell on strength saham-saham tersebut,” tutupnya. [mdr]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar