Jumat, 30 September 2011

Pertumbuhan reksadana tak sesuai target

Pertumbuhan reksadana tak sesuai target
JAKARTA. Tahun ini bisa jadi merupakan masa yang kurang menyenangkan bagi industri reksadana. Penjualan reksadana sempat terganggu setelah Bank Indonesia melakukan suspensi wealth management bagi sejumlah bank. Guncangan yang melanda pasar keuangan, belakangan ini, membuat kinerja industri reksadana semakin melempem.

Nilai dana kelolaan (asset under management) industri reksadana diperkirakan hanya tumbuh maksimal 10%-12% saja di tahun ini. "Awal tahun kemarin, kami perkirakan bisa tumbuh 15%-20%, tanpa memperhitungkan situasi saat ini," ujar Abiprayadi Riyanto, Ketua Asosiasi Pengelola Reksa Dana Indonesia (APRDI), kemarin.

Nilai dana kelolaan lazim juga merepresentasikan nilai aktiva bersih (NAB) reksadana. Akhir tahun 2010, NAB reksadana industri mencapai Rp 149,09 triliun. Bila memakai asumsi baru, di akhir tahun ini total NAB reksadana paling tinggi menjadi Rp 163,99 triliun-Rp 166,98 triliun.

Merujuk ke data yang dikelola Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam-LK), per akhir Juli 2011, NAB reksadana industri Rp 157,69 triliun dengan jumlah unit penyertaan (UP) sebesar 84,79 miliar unit.

Gejolak di bursa saham belakangan ini sontak menyurutkan kinerja reksadana. Maklumlah, penyokong terbesar industri reksadana adalah reksadana saham. NAB reksadana saham setara 36,7% dari total NAB industri. Celakanya, saat ini Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sudah tergerus 4,49% year-to-date.

Para manajer investasi (MI) mengaku berat mengejar target pertumbuhan 20% di tahun ini. Karma P Siregar, Associate Director Mutual Fund Sales & Marketing Batavia Prosperindo Aset, menuturkan, MI masih terus memonitor kondisi pasar. "Tapi melihat kondisi pasar saat ini, memang cukup berat untuk mencapai target," kata dia.

NAB Batavia sampai akhir bulan lalu mencapai Rp 10,6 triliun. Target akhir tahun mereka patok Rp 12 triliun. "Sejauh ini masih nett subscription, namun investor sepertinya masuk sedikit-sedikit," kata dia.

Perluas pilihan produk
Rudiyanto, analis Infovesta Utama menilai, sejatinya target pertumbuhan NAB sebesar 20% masih bisa tercapai tahun ini. "Dengan catatan, IHSG bisa ditutup di atas 4.000 akhir tahun ini," kata dia.

Kuartal IV-2011 masih menyisakan kesempatan kenaikan IHSG. Pemicunya, aksi window dressing emiten dan imbas publikasi laporan keuangan kuartal III-2011. "Target 12% sangat mungkin tercapai karena sampai Agustus saja, dana kelolaan industri reksadana sudah tumbuh 10,5%," jelas Rudiyanto.

Tahun 2011 ini, menurut Rudiyanto, memang cukup berat bagi investor reksadana. "Bagi investor jangka panjang mungkin sudah kehilangan seluruh keuntungan dari awal tahun atau bahkan sudah merugi," kata dia.

Situasi ini juga menjadi ujian mental bagi investor yang baru masuk beberapa bulan terakhir, namun dipaksa langsung merasakan ganasnya fluktuasi pasar. Rudiyanto mencatat, rata-rata reksadana saham dari awal tahun membukukan kinerja minus 11,41%. Sedang reksadana campuran minus 5,4%.

Adapun reksadana pendapatan tetap mencetak return 7,26%. Dia menyarankan, investor memperluas cakrawala investasinya di reksadana, dan tak cuma berkutat di reksadana saham. Terbukti, kinerja reksadana pendapatan mampu memberi return di saat pasar bergejolak

Tidak ada komentar:

Posting Komentar