Kamis, 10 November 2011

Menu Sesi Dua: Saham Bank, Tambang & Properti

INILAH.COM, Jakarta – Hingga penutupan, IHSG dipastikan bertahan pada zona negatif. Tapi, pengumuman BI rate siang ini bakal menahan koreksi indeks lebih jauh. Tiga sektor saham jadi pilihan.

Pada sesi pertama perdagangan Kamis (10/11), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG ) ditutup melemah 99,44 poin (2,58%) ke level 3.757,92. Begitu juga indeks saham unggulan LQ45 yang turun 20,26 poin (2,94%) ke angka 669,025.

Laju indeks siang ini cukup ramai, didukung oleh volume transaksi yang tercatat mencapai 1,470 miliar lembar saham di pasar reguler dan total mencapai 1,775 miliar. Sementara itu, nilai transaksi mencapai Rp1,455 triliun di pasar regular, total Rp1,503 triliun dan frekuensi 51.502 kali. Sebanyak 13 saham menguat, sedangkan 241 saham melemah dan 28 saham stagnan.

Pelemahan indeks, juga diwarnai aksi jual dari investor asing yang mencatatkan transaksi nilai jual bersih (net foreign sell) sebesar Rp147,5 miliar. Rinciannya, transaksi beli mencapai Rp408,2 miliar sedangkan transaksi jual sebesar Rp555,8 miliar.

Semua sektor saham, kompak mendukung pelemahan indeks. Sektor keuangan memimpin pelemahan 3,20%, disusul aneka industri 3,12%, properti 2,49%, manufaktur 2,38%, industri dasar -2,97%, pertambangan 2,78%, perkebunan 2,43%, infrastruktur 1,64%, perdagangan 1,55%, dan konsumsi 1,39%.

Analis Sekuritas Ekokapital Cece Ridwanullah memperkirakan, indeks saham domestik akan bertahan pada teritori negatif hingga penutupan sore. “Indeks akan bergerak dalam kisaran support 3.727 dan resistance 3.875,” katanya kepada INILAH.COM, di Jakarta, Kamis (10/11).

Pelemahan indeks hari ini, menurunya, masih dipicu oleh masalah pokok saat ini yakni krisis utang di Eropa yang diperkirakan bakal berlangsung lama. Saat ini, fokus pasar adalah krisis utang Italia yang merupakan negara ketiga terbesar di Uni Eropa setelah Perancis dan Jerman.

Menurutnya, yang paling ditakutkan adalah jika Perancis terkena sebagai negara kedua terbesar setelah Jerman. Semua itu, masih harus dilihat dalam jangka menengah. “Untuk saat ini, IHSG melemah 2-3% merupakan hal yang wajar. Sebab, bursa regional Asia lainnya juga melemah 3-4%,” papar Cece.

Dia menjelaskan, yield obligasi Italia yang mencapai 7,502% menandakan pasar yang sangat khawatir. Artinya, Italia sudah disejajarkan dengan negara-negara yang sebelumnya sudah krisis seperti Yunani, Irlandia Utara, dan Portugal. “Pasar melihat, Italia sudah memasuki fase krisis,” ucapnya.

Tapi, Cece menjelaskan, bagi Indonesia sendiri, hanya berpengaruh negatif bagi emiten-emiten yang berbasis ekspor dan perdagangan. “Sedangkan emten-emiten yang berbasis konsumsi domestik, tidak akan terpengaruh banyak,” paparnya.

Di sisi lain, asing masih net buy Rp842,8 miliar pada perdagangan kemarin. Jika hari ini asing melakukan aksi jual, indeks tentu akan melemah tajam. Hanya saja, diharapkan investor asing tidak melakukannya sebesar aksi beli kemarin. “Karena itu, setiap aksi jual akan banyak yang nampung dan IHSG pun tidak melemah tajam, meski tetap berada pada teritori negatif,” ucap Cece.

Apalagi, lanjutnya, pengumuman BI rate dari Bank Indonesia (BI) siang ini, diperkirakan, bisa menahan pelemahan saham-saham di sektor perbankan dan properti. Diharapkan juga, bursa Eropa bisa dibuka positif. “Begitu juga dengan Dow Jones Futures. Pada saat yang sama, rupiah stabil di level 8.970 per dolar AS,” jelasnya.

Dalam situasi ini, Cece merekomendasikan positif saham-saham yang berfundamental baik dan memiliki aksi korporasi seperti laba bersih yang kinclong pada kuartal III-2011 dan faktor dividen. “Tapi, strateginya bukan buy on weakness melainkan menunggu support terutama saham-saham yang sudah turun 3-5%. Sebab, setiap ada berita baik dari Eropa, saham-saham tersebut potensial naik,” tutur Cece.

Saham-saham pilihannya adalah PT Astra Internasional (ASII). Direkomendasikan beli di level Rp67.000-65.000. Lalu, seiring pengumuman BI rate siang ini, saham PT Bank Mandiri (BMRI) rekomendasi beli di bawah Rp7.000, PT Bank Rakyat Indonesia (BBRI) mendekati Rp6.500, dan PT Bank Central Asia (BBCA) di level 7.850.

Begitu juga dengan PT Adaro Energy (ADRO), PT Bukit Asam (PTBA), PT Summarecon Agung (SMRA) dan PT Agung Podomoro Land (APLN). “Saya rekomendasikan beli pada level-level 5% di bawah penutupan kemarin. Buy on support saham-saham tersebut dengan pola trading jangka pendek, cepat. Sebab, situasi market masih tidak pasti,” imbuhnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar