Kamis, 10 November 2011

IHSG Fluktuatif, Saatnya Beli Astra dan Bank

INILAH.COM, Jakarta - Perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Kamis (10/11) diperkirakan masih fluktuatif. Buy on weakness (BoW) saham ASII, serta perbankan BMRI, BBRI dan BBCA.

Viviet S. Putri, Equity Analyst PT BNI Securities mengatakan, IHSG hari ini masih sangat dipengaruhi kelanjutan penyelesaian krisis Eropa. Pelaku pasar global juga menunggu pidato Gubernur The Fed Ben Benarke yang diharapkan bisa menambah sentimen positif di pasar. “Indeks hari ini kami perkirakan akan flat dan rawan profit taking dan bergerak di kisaran 3.800-3.880,” ujarnya kepada INILAH.COM.

Menurut Viviet, meningkatnya optimisme, telah membuat bursa di kawasan regional Asia didominasi akumulasi beli. Salah satunya rilis data ekonomi China mengenai tingkat inflasi Oktober yang turun menjadi 5,5%. Data ini cukup melegakan, dibandingkan inflasi September yang tercatat 6,5%.

Bursa regional Asia pun segera meresponnya, karena pelaku pasar melihat peluang bagi pemerintah China untuk melonggarkan berbagai kebijakan moneter dalam negeri, yang diharapkan berdampak positif di kawasan.

Indeks harga saham gabungan (IHSG) kemarin ditutup melonjak 1,35% ke level 3.857,3 dengan nilai beli bersih dari investor asing yang cukup signifikan senilai Rp 843,2 miliar. Hal yang sama terlihat pada indeks bursa lainnya yang menguat di atas 1%. Seperti Hangseng, Nikkei 225 dan Shanghai yang masing masing menguat 1,71% kelevel 20.014, 1,15% ke level 8.755 dan 0,84% ke level 2.524.

Sementara Yuganur Widjanarko dari HD Capital memprediksikan, pasar hari ini masih terus fluktuatif, karena penyelesaian krisis Eropa akan memakan waktu. "Terutama setelah Italia berada di ambang default," katanya, dihubungi terpisah.

Ia menilai, harga saham di bursa Indonesia relatif mahal, dengan price earning ratio (PER) 13 kali. Hal ini terjadi meski kinerja emiten kuartal tiga tumbuh signifikan dan harga saham terkoreksi beberapa hari terakhir.

Adapun valuasi saham masih tinggi, karena besarnya risiko market, terindikasi dari indicator credit default swap (CDS) dan volatility indeks (VIX), "Ini berarti, market butuh koreksi yang kemungkinan cukup panjang," tuturnya.

Ia pun memperkirakan pertumbuhan pendapatan emiten mulai turun, karena naiknya biaya penjualan, menyusul pelemahan rupiah.

Dengan situasi jangka pendek yang belum menentu, IHSG cenderung akan berfluktuasi. Investor pun sebaiknya memanfaatkan untuk trading jangka pendek pada saham unggulan yang berpotensi mengalami pertumbuhan pendapatan.

Saham pilihan Yuga adalah Astra International (ASII). Selain saham sektor perbankan seperti Bank Mandiri (BMRI), Bank Rakyat Indonesia (BBRI) dan Bank Central Asia (BBCA)."Investor bisa buy on weakness saham-saham ini," tandasnya. [mdr]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar