Senin, 21 November 2011

Regional Negatif, Rupiah Siap Technical Rebound

Headline
INILAH.COM, Jakarta - Kurs rupiah pada kontrak harga emas di London, Senin (21/11) diprediksi menguat. Ini semata technical rebound di tengah negatifnya sentimen regional.

Periset dan analis senior PT Monex Investindo Futures Zulfirman Basir mengatakan, rupiah akan coba menguat mengincar area 9.000 per dolar AS dan pelemahannya akan terbatas di level 9.075 per dolar AS. Tapi, menurutnya, penguatan ini semata faktor technical rebound.

Pasalnya, secara keseluruhan tren pergerakan rupiah masih melemah seiring ekspektasi pelemahan data inflasi CPI dan GDP di kawasan Asean. "Jika ternyata kawasan regional Asean belum cukup kebal terhadap krisis zona Eropa, berbagai bank sentral di kawasan Asean akan menurunkan suku bunga acuannya," katanya kepada INILAH.COM.

Tapi, Christian menegaskan, untuk jangka pendek rupiah berpotensi menguat terhadap dolar AS pada awal pekan ini. Untuk ke depannya, berpeluang kembali melemah. "Sebab, pekan ini ada data penting yang akan dirilis di China, Singapura, Malaysia dan Thailand yang angkanya diperkirakan variatif," ujarnya.

Hanya saja, lanjutnya, ada indikasi terjadi penurunan ekonomi China bakal yang bakal jadi tekanan bagi rupiah ke depannya. "Pasar juga masih menantikan pidato-pidato dari pejabat tinggi Eropa terkait penyelesaian krisis utang," timpalnya.

Negeri Tirai Bambu itu, lanjutnya, akan merilis indeks Manufaktur PMI pada Rabu (23/11). Data sebelumnya dirilis 51,0 dan diprediksikan turun jadi 50,0. Sementara itu, Thailand akan merilis Gross Domestic Product (GDP) pada Senin (21/11) ini yang angka sebelumnya 2,60%.

Menurut Christian, jika angkanya turun, akan berimbas negatif bagi kawasan Asean termasuk Indonesia. Sebab, turunnya pertumbuhan juga menandakan semakin tingginya risiko yang datang dari kawasan Eropa terhadap negara-negara Asean.

Pada saat yang sama, lanjutnya, pada Selasa (22/11) akan dilaporkan inflasi Consumer Price Index (CPI) dari Singapura dan Malaysia. Inflasi Singapura diperkirakan turun dari level 5,50. Begitu juga dengan inflasi Malaysia yang diperkirakan turun dari 3,4%.

Ia menegaskan, jika benar-benar ada indikasi penurunan inflasi jadi daya dorong bagi Bank Indonesia untuk melakukan pemangkasan moneter lebih lanjut untuk mengimbangi risiko jika terimbas krisis Eropa. "Semua itu, bakal jadi tekanan bagi rupiah ke depannya," imbuh Christian.

Asal tahu saja, kurs rupiah pada kontrak harga emas di London, Jumat (18/11) ditutup melemah 43 poin (0,47%) ke level 9.038/9.048 per dolar AS.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar