Senin, 21 November 2011

IHSG Bertahan, Buru Saham Perbankan

INILAH.COM, Jakarta – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan Senin (21/11) diprediksikan masih bertahan dari tren bullish. Beli saham perbankan BBRI, BMRI, BBCA dan BBNI serta lapis kedua CFIN, ASRI dan INAF.

Pengamat pasar modal Irwan Ariston Napitupulu mengatakan, perkembangan penyelesaian kredit di Eropa masih belum memberikan kepastian pada pasar keuangan dunia. Sehingga, hampir seluruh bursa utama dunia tidak mengalami pergerakan yang berarti.

“Padahal faktor domestik di masing-masing negara relatif membaik. Namun harga saham sulit untuk turun terlalu jauh namun juga sulit untuk menembus lagi level tertingginya,” ujarnya, kemarin.

Chart teknikal indeks Dow Jones dan IHSG, menurut Irwan, hampir mirip. Keduanya sulit keluar dari pola sideways meski data ekonomi Amerika cenderung membaik dengan penurunan tingkat pengangguran dan peluang membaiknya lagi data manufaktur AS yang dirilis pekan depan.

Sementara IHSG dengan dukungan faktor fundamental ekonomi yang menggambarkan rendahnya rasio utang terhadap PDB yaitu masih 25 %. Suku bunga rendah dan inflasi cenderung menurun seharusnya membuat IHSG berpeluang menuju level 4.000 di akhir tahun.

“Namun selama IHSG belum mampu menembus level resistan 3.850-3.875, maka investor belum bisa berharap terlalu banyak akan peluang perubahan menuju tren bullish,” lanjutnya

Dalam situasi konsolidasi panjang seperti ini, Irwan merekomendasikan trading jangka pendek di saham-saham yang berfundamental kuat. Meski tak tertutup peluang pula trading di saham second liner yang berfundamental kuat.

“Pilih saham perbankan BBRI, BMRI, BBCA dan BBNI. Untuk saham lapis duanya, pilih CFIN, ASRI, INAF,” kata Irwan.

Saham-saham big caps sektor perbankan seperti Bank Rakyat Indonesia (BBRI), Bank Mandiri (BMRI), Bank Central Asia (BCA) dan Bank Negara Indonesia (BBNI) merupakan pilihan utama karena sedang cooling down menuju harga terendahnya.

Hal ini membuat valuasi saham perbankan menjadi amat menarik. Apalagi didukung kinerja perbankan yang relatif solid sampai kuartal tiga -2011. Dengan pemangkasan suku bunga 50 basis poin, bank berpeluang mengejar pertumbuhan kredit.

Menurut Irwan, saat ini perbankan juga masih menghadapi funding cost yang tinggi akibat perang suku bunga deposito untuk menghimpun dana pihak ketiga. “Jika tidak menggenjot volume kredit, maka akan terjadi penggerusan net interest margin,” lanjutnya.

Seperti saham perbankan, Irwan menilai saham lapis kedua Clipan Finance Indonesia (CFIN) dan Alam Sutra Realty (ASRI) juga sedang cooling down. Khusus untuk Indofarma (INAF), perusahaan telah mendapat persetujuan untuk mengundurkan jadwal quasi reorganisasi.

INAF juga akan menggunakan laporan audit kuartal ketiga. Hal ini dinilai Irwan memberi sinyal ke pasar bahwa INAF akan membukukan kenaikan profit di kuartal tiga dan akan memicu kenaikan harga saham INAF.

Apalagi dengan quasi reorganisasi nanti maka INAF akan bisa membagikan dividen, karena kerugian akan diubah menjadi laba ditahan. “Rencana merger dengan Kimia Farma juga masih menjadi katalis kenaikan harga saham INAF karena merger BUMN tak boleh dilakukan di bawah harga IPO,” pungkasnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar