Senin, 12 Desember 2011

IHSG Positif, Beli Saham Perbankan

INILAH.COM, Jakarta – IHSG pada awal pekan Senin (12/12) berpotensi menembus resistan seiring kabar baik dari Amerika dan Eropa. Pilih saham blue chips, terutama perbankan yang belum ikut rally IHSG.

Pengamat bursa saham Yuganur Widjanarko dari HD Capital memprediksikan, beberapa data ekonomi Amerika yang positif seperti kenaikan indeks kepercayaan konsumen serta upaya Bank Sentral Eropa (ECB) untuk membereskan krisis, berpengaruh positif. “Ini bisa menjadi pendorong IHSG untuk menembus resistan di garis tren turun 3.803,” kata Yuganur.

Pada perdagangan Jumat (8/12), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup pada level 3.759,84 atau turun 11,48 (0,30%) dengan valuasi Rp3,6 triliun. Support pada hari ini 3.703-3.625-3.550 dan resistan 3.875-3.950-4.050.

Emiten perbankan yang big maupun small cap serta properti, lanjut Yuganur, patut dilirik untuk akumulasi. Seperti Bank Mandiri (BMRI) dan Bank Rakyat Indonesia (BBRI). “Sebab, emiten-emiten di sektor itu belum mengikuti rally bursa saham.”

BMRI, emiten dengan mix di korporasi dan ritel ini diuntungkan dari penguatan rupiah. Target harganya pada Rp6.900. Sedangkan BBRI yang spesialis kredit mikro, relatif imun terhadap krisis global. Targer harga pada Rp6.950.

Yuganur juga merekomendasikan beli saham Astra International (ASII) di harga Rp74.500 karena daya beli masyarakat tetap kuat. Juga saham Alam Sutera Realty (ASRI) yang memiliki land bank terbesar di Jonggol, di harga Rp285.

Sementara perkembangan positif dari Eropa dan menguatnya sentimen konsumen di Amerika ke level tertinggi sejak Juni 2011, membuat bursa global menguat. Sejumlah sekuritas asing seperti Nomura Securities juga masih optimis dengan RI.

Nomura memperkirakan, perekonomian Indonesia masih kuat hingga 2012 karena stabilitas nilai tukar rupiah dan menurunnya resiko investasi karena inflasi dan suku bunga yang terus dalam kecenderungan turun.

Situasi ini didukung kuatnya sistem perbankan Indonesia karena penyaluran kredit dan pertumbuhan dana hampir semuanya di pasar domestik. NPL relatif rendah di kisaran 2,7% hingga November 2011, ekspansi kredit bank mencapai 23-26% dalam dua tahun terakhir.

Porsi penyaluran kredit bank ke pasar offshore relatif kecil, sehingga kualitas aset perbankan tidak rentan terhadap penurunan pasar kredit dunia (global funding market). Selain itu, GWM valas yang ditetapkan BI relatif tinggi, 8% dari total dana pihak ketiga perbankan

RI juga diuntungkan stabilnya harga komodtias dunia. Meski sudah di kisaran harga yang tinggi, belum memicu tekanan inflasi karena harga komoditas yang stabil di level tinggi ini mendorong pertumbuhan pendapatan sejumlah daerah produsen komoditas. Sehingga tingkat consumer spending di daerah masih terus menyumbang besar kepada pertumbuhan ekonomi nasional.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar