Senin, 12 Desember 2011

Inilah Tiga Saham Ritel yang Atraktif

INILAH.COM, Jakarta – Faktor Natal dan tahun baru dinilai membuat saham-saham di sektor ritel atraktif. Tapi, hanya MAPI, RALS, dan MPPA yang dapat rekomendasi positif. Mengapa?

Pada perdagangan Jumat (9/12), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG ) ditutup melemah 22,15 poin (0,59%) ke level 3.759,609 dengan intraday tertinggi 3.781,027 dan terendah 3.728,734. Saham PT Ramayana Lestari Sentosa (RALS) stagnan di level Rp580; PT Mitra Adi Perkasa (MAPI) turun Rp100 (1,86%) ke level Rp5.250 dan PT Matahari Putra Prima (MPPA) stagnan di level Rp920 per saham.

Analis dari Asosiasi Ananlis Efek Indonesia (AAEI) Ukie Jaya Mahendra mengatakan, saham-saham di sektor ritel, secara historis, selalu terpengaruh positif oleh spending konsumsi pada hari raya termasuk Natal dan Tahun Baru. Tapi, menurutnya, hanya tiga saham di sektor ini yang menarik yakni RALS, MAPI, dan MPPA.

Pasalnya, menurut Ukie, pertumbuhan laba ketiga emiten itu masih cukup tinggi. Dia menegaskan, secara teknikal, saham-saham tersebut bisa dibeli untuk target akhir 2011. “Tapi, horisonnya short term saja 1-2 pekan. Paling lama 1 bulan. Sebab, dari sisi likuiditas kurang bagus juga untuk dijadikan trading harian,” katanya kepada INILAH.COM, di Jakarta, akhir pekan lalu.

Ukie kembali menegaskan, peningkatan penjualan pada saham-saham di sektor ritel, hanya terjadi pada momentum hari raya keagamaan seperti Idul Fitri, Natal dan Tahun Ajaran Baru sekolah. “Terjadi penjualan besar, biasanya hanya terjadi pada Lebaran dan Tahun Ajaran baru sekolah yang menyebabkan konsumsi di sektor ritel meningkat,” ujarnya.

Apalagi, lanjutnya, ketiga emiten itu terus ekspansi dengan membuka gerai baru. Bagi tipikal investor yang suka dengan dividend yield, bisa membeli saham MAPI. “Tapi, untuk tipikal investor yang berburu capital gain cermati saham MPPA dan RALS karena pergerakan harganya lebih fluktuatif,” paparnya. “Jadi, koleksi saja untuk jangka pendek.”

Hanya saja, Ukie menegaskan, untuk masuk pada saham-saham di sektor ini benar-benar didasarkan pada pertimbangan cyclical yakni saat hari raya keagamaan datang dan tahun ajaran baru. “Pada saat momentum datang, langsung sell on news (jual di hari H momentum hari raya),” ucapnya.

Biasanya, kata Ukie, volume penjualan emiten naik 2-3 kali lipat pada setiap hari raya keagamaan seperti Desember dan Juni atau Lebaran.

Sementara itu, lanjutnya, yang paling bagus valuasi Price Earnings Ratio (PER) adalah RALS di level 9 kali; MAPI 27 kali; dan MPPA lebih mahal 51 kali. “Meski valuasi mahal, tapi pertumbuhannya kencang. Sebab, pertumbuhan untuk 2012 akan semakin meningkat,” paparnya.

Di atas semua itu, dia menargetkan harga MAPI di level Rp6.000 untuk middle term--hingga kuartal pertama 2012. Lalu, RALS di level Rp620; dan MPPA di level Rp1.010. “Tapi, saham-saham ini tidak terlalu dipengaruhi oleh faktor window dressing dan January Effect,” tuturnya.

Sementara itu, laju anak usaha MPPA, PT Matahari Departement Store (LPPF) diperkirakan Ukie tidak akan jauh berbeda dengan induknya. “Tapi, karena likuiditasnya tipis, saya tidak merekomendasikan untuk LPPF, lebih baik hindari saja,” imbuhnya.

Dihubungi terpisah, analis fundamental dari BNI Securities Achmad Nurcahyadi mengatakan, faktor Natal dan tahun baru, tidak sekuat Lebaran dan Bulan puasa dalam mendongkrak pendapatan sektor ritel. “Natal dan Tahun baru, memang biasanya jadi pemicu kenaikan penjualan di sektor ritel. Tapi, tidak sesignifikan pada puasa dan lebaran,” tandasnya.

Tapi, Achmad menggarisbawahi, yang perlu dilihat oleh investor saat ini adalah bagaimana pergerakan pertumbuhan emiten di akhir tahun dibandingkan awal tahun. “Jadi, evaluasi target awal tahun, apakah target penjualannya tercapai pada 2011 ini atau tidak,” timpalnya.

Jika tercapai, kata dia, merupakan indikasi bahwa pada 2012, target harganya sesuai. Artinya, investor bisa percaya pada saham tersebut dan bisa dihitung berapa valuasi wajarnya. “Jika targetnya meleset, berarti target untuk 2012 juga harus dipotong,” ucapnya.

Pasalnya, target pada tahun sebelumnya juga meleset. Karena itu, taget untuk 2012 juga terdiskon baik target penjualan maupun target laba bersih. “Tapi, saya perkirakan, target harga sahamnya, hingga akhir tahun sepertinya tidak akan mengalami perubahan yang berarti,” imbuh Achmad Nurcahyadi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar