Senin, 12 Desember 2011

KTT Sepakati Disiplin Fiskal, Rupiah Konsolidasi

Headline
INILAH.COM, Jakarta - Kurs rupiah di pasar spot valas antar bank Jakarta, Senin diprediksi konsolidasi. Pasar merespon positif sekaligus negatif kesepakatan disiplin fiskal KTT Eropa. Mengapa?

Periset dan analis senior PT Monex Investindo Futures Zulfirman Basir mengatakan, potensi konsolidasinya rupiah awal pekan ini salah satunya dipicu oleh hasil Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Uni Eropa yang tidak mengalami perubahan signifikan dari sentimen negatif ke positif. Apalagi, sudah cukup jelas apa yang dipaparkan petinggi Eropa akhir pekan lalu.

Meskipun, kata dia, hasil pertemuan Eropa tetap menentukan pergerakan rupiah awal pekan ini. Karena itu, rupiah hanya bergerak konsolidasi. Sebab, hasil KTT tidak seoptimistis perkiraan pasar. "Rupiah akan bergerak dalam kisaran 9.000-9.090 per dolar AS,” katanya kepada INILAH.COM.

Dalam KTT akhir pekan lalu, 26 negara Eropa menyetujui terobosan baru dalam integrasi fiskal. Usulan itu hanya ditolak oleh Inggris, yang tidak termasuk Uni Eropa. Para pemimpin Eropa menyepakati aturan anggara ketat dalam pertemuan puncak tersebut.

Namun, di sisi lain, KTT telah gagal menyetujui perubahan mekanisme bailout. Mereka juga memutuskan untuk mekanisme European Financial Stability Facility (EFSF) sebagai dana bailout permanen yang berlaku pada Juli 2012 dan 2013. Nilainya mencapai 500 miliar euro atau setara dengan US$666 miliar.

Karena itu, menurut Firman, apa yang sudah dihasilkan oleh KTT Eropa dan Bank Sentral Eropa (ECB) sebelumnya, seharusnya bisa cukup untuk meredakan kepanikan pasar. ECB telah memangkas suku bunga acuan 25 basis poin ke level 1% dan melonggarkan cakupan aset keuangan yang digunakan sebagai jaminan untuk mengakses fasilitas likuiditas Bank Sentral itu.

ECB juga menerbitkan fasilitas likuiditas dengan durasi yang lebih panjang, tenor 3 tahun. "Karena itu, pergerkaan rupiah akan cukup stabil dan tidak mengalmi gejolak yang signifikan. Volume perdagagangan pun tidak signifikan," papar Firman.

Perlu diketahui, kata Firman, walaupun tidak ada perubahan positif, tapi zona Euro sudah menyetujui proposal Jerman dan Perancis soal penyatuan disiplin fiskal, dapat membuka peluang European Central Bank (ECB) untuk meningkatkan intervensi pembelian obligasi Uni Eropa. "Ini tentunya dapat meredam pelemahan ekonomi kawasan itu meskipun krisis mungkin masih akan terus berlangsung," ucapnya.

Jadi, Firman menegaskan, langkah ECB itu seharusnya bisa meredakan lonjakan yield pemerintah zona euro yang bermasalah. Jika yield obligasi Eropa tidak begitu melonjak, sentimen globalnya sudah sedikit stabil.

Alhasil, lanjut Firman, sentimen negatif dan positif menjadi seimbang. Sentimen negatifnya adalah, ekspektasi ekonomi dunia terus memburuk. "Sebab, jika Eropa memberlakukan disiplin fiskal, otomatis, tenaga pemulihan Eropa semakin berkurang," timpal Firman.

Asal tahu saja, kurs rupiah di pasar spot valas antar bank Jakarta,Jumat (9/12) ditutup melemah 50 poin (0,55%) ke level 9.040/9.060 per dolar AS.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar