Senin, 19 Desember 2011

Inilah Saham Primadona Sebelum 2011 Berakhir

INILAH.COM, Jakarta – Investment grade dan window dressing diyakini jadi daya dongkrak IHSG pekan ini untuk tembus resistance 3.875. Inilah saham-saham primadona sebelum 2011 berakhir.

Pada perdagangan Jumat (16/12) Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG ) ditutup menguat 66,81 poin (1,81%) ke level 3.768,354 dengan intraday tertinggi 3.778,123 dan terendah 3.701,906. Begitu juga dengan indeks saham unggulan LQ45 yang naik 13,23 poin (2,04%) ke level 663,306.

Pengamat pasar modal Irwan Ariston Napitupulu mengatakan, hingga akhir 2011, perdagangan saham tinggal 9 hari lagi. Lalu, di atas tanggal 25 Desember, lebih kental suasana liburnya dibandingkan transaksi saham. Karena itu, hingga akhir 2011, indeks tidak akan mengalami banyak perubahan. “Kisaran indeks, saat ini belum keluar di level support 3.580 dan resistance 3.875,” katanya kepada INILAH.COM, di Jakarta, Sabtu (17/12).

Menurutnya, kisaran level itulah yang harus ditembus IHSG untuk melepaskan pola sideways-nya. Jika 3.875 ditembus ke atas, menandakan optimisme investment grade sudah mulai tampak. “Meski asing belum masuk, tapi investor lokal sudah mulai optimistis pada sektor sahamnya yang sudah dimulai akhir pekan kemarin,” ujarnya.

Target atasnya, kata Irwan, masih tetap di level 3.900-4.000 akhir 2011. Dia menambahkan, investment grade merupakan suatu hal yang positif. Hal itu merupakan yang ditunggu-tunggu oleh banyak investor.

Irwan memperkirakan, akan ada fresh money yang masuk ke Indonesia dari para fund manager internasional. Selama ini, menurutnya, dana tersebut tertahan karena adanya aturan internal yang melarang investasi pada negara yang belum memiliki rating investment grade.

Dia mengaskan, untuk beberapa fund manager besar, cenderung memiliki batasan seperti itu. Tapi, fresh money itu tidak sekonyong-konyong bakal masuk ke Indonesia. “Hanya saja, para fund manager sudah mulai mengkalkulasi untuk menempatkan dananya di Indonesia,” ucapnya.

Irwan mencontohkan, mutual fund reksadana internasional yang mengalokasikan sekian persen dananya pada emerging market. Dari beberapa negara, tentu salah satunya dialokasikan untuk Indonesia seiring investment grade yang diraih. “Itulah fresh money yang saya maksud akan datang,” tandasnya.

Fresh money itu, bukan hanya sangat terbuka masuk ke bursa saham, tapi juga pada obligasi dan sektor riil secara langsung seperti pertambangan, jalan raya, dan lain-lain. Karena itu, lanjutnya, akan ada kucuran dana asing dalam jumlah besar.

Selama ini pun, memang investor asing sudah masuk. Tapi, ada banyak fund manager asing yang mengharuskan investasi pada negara dengan peringkat investment grade. “Investasi jadi terbuka untuk masuk ke Indonesia dari beberapa investor besar yang mengharuskan investasi pada negara dengan peringkat investment grade,” timpalnya.

Tapi, bukan berarti, investor besar lainnya belum pernah masuk. Hanya saja, yang pernah masuk adalah tipe fund manager yang tidak memiliki pembatasan atau keharusan pada negara dengan rating investment grade.

Selain investment grade, indeks juga mendapat dukungan dari window dressing akhir 2011 yang terbuka peluang di atas 50% bakal terjadi. Sebab, jika dihitung sejak awal tahun, IHSG belum bergerak ke mana-mana di level 3.700-an.

Menurutnya, beberapa fund manager dan dana pensiun, akan mengangkat harga saham agar kinerjanya tampak cantik. “Sebab, jika naik sekian persen dalam 1 tahun akan menarik investor ke reksadana. Itulah pentingnya window dressing bagi para fund manager,” ucapnya.

Irwan meyakini, window dressing berpeluang terjadi dalam sepekan ke depan sehingga IHSG berpeluang tembus resistance 3.875 yang diperkuat dengan peraihan investment grade. “Kalaupun level 3.900-4.000 tidak tercapai akhir tahun ini, tidak terlampau masalah karena batas waktunya tinggal 9 hari lagi,” ujarnya.

Level itu, 3.900-4.000, dicapai pada Januari 2012 juga tak masalah. Yang penting, arah IHSG tetap ke atas. Apalagi, Irwan tidak menampik dari Uni Eropa belum ada tanda-tanda yang begitu jelas dalam menangani krisis utangnya. “Konklusi dari berbagai pertemuan dan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) belum begitu jelas dan gamblang bagi pasar,” ucapnya.

Karena itu, nilai tukar euro terus tertekan. Tapi, Irwan melihat pelemahan euro merupakan bagian dari strategi mereka untuk menggenjot kembali ekspor dan produksinya. Dengan pelemahan euro, barang-barang mereka lebih murah di pasar ekspor.

Kondisi ini, kata Irwan, juga dialami oleh AS pada krisis 2008. Saat itu, AS mengatasinya dengan segaja membuat dolar AS melemah dan euro menguat. Sekarang gantian. Apalagi, data makro ekonomi AS terus menguat. Begitu juga dengan makro ekonomi Indonesia.

Karena itu, Irwan menegaskan, IHSG pun cenderung menguat dalam satu tahun ke depan dengan target pertama 4.444 yang tak terlampau sulit dicapai. “Level 5.555, peluangnya 50:50 akan muncul pada 2012,” tandas Irwan.

Di atas semua itu, Irwan merinci saham-saham yang jadi primadona baik second liner maupun bluechips. Menurutnya, setelah second liner bergerak, sekarang saham-saham bluechips yang mengalami pergerakan berarti. “Tapi, saham-saham second liner pun masih mengalami pergerakan,” timpalnya.

Saham-saham bluchips pilihannya adalah PT Bank Mandiri (BMRI), PT Bank Rakyat Indonesia (BBRI), PT Bank Negara Indoensia (BBNI), PT Jasa Marga (JSMR) dan PT Perusahaan Gas Negara (PGAS). Lalu, PT Astra Internasional (ASII), PT Astra Agro Lestari (AALI), dan PT United Tractor (UNTR).

Untuk secondliner, PT Wijaya Karya (WIKA), PT Adhi Karya (ADHI), PT Pembangunan Perumahan (PTPP), PT Indofarma (INAF), PT Kimia Farma (KAEF), PT Citra Marga Nusaphala Persada (CMNP), dan PT Bakrieland Development (ELTY).

Untuk jangka panjang, menurut Irwan, saham-saham grup Panin juga menarik seperti PT Asuransi Multi Artha Guna (AMAG), PT Clipan Finance Indonesia (CFIN), PT Panin Insurance (PNIN), PT Panin Life (PNLF).

Di sektor batu bara, PT Adaro Energy (ADRO), PT Indika Energy (INDY), PT Bukit Asam (PTBA), dan PT Harum Energy (HRUM).

Di sektor properti, PT Alam Sutera Realty (ASRI), PT Bukit Sentul City (BKSL), PT Lippo Cikarang (LPCK), PT Summarecon Agung (SMRA), PT Ciputra Development (CTRA), PT Ciputra Property (CTRP), PT Bumi Serpong Damai (BSDE), dan PT Dharmala Intiland (DILD).

Lalu, PT Media Nusantara Citra (MNCN) dan PT Bhakti Investama (BHIT) yang cenderung menguat karena agresifnya grup ini untuk ekspansi. “Jika valuasinya murah, kita investasi langsung pada saham-saham tersebut. Tapi, bagi investor yang time line-nya pendek, trading berdasarkan grafik saja. Jangan lupa cek grafiknya. Sebab, saham-saham tersebut adalah primadona sebelum 2011 berakhir hingga 2012,” imbuh Irwan Ariston.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar