Jumat, 02 Desember 2011

Kebangkitan harga minyak hanya sesaat

Kebangkitan harga minyak hanya sesaat
JAKARTA. Harga minyak mentah bertahan di atas US$ 100 per barel selama dua hari berturut-turut. Kontrak minyak jenis WTI pengiriman Januari 2012 di bursa New York, Kamis (1/12), naik 0,51% menjadi US$ 100,87 per barel.

Pemicu kenaikan harga komoditas energi ini antara lain kesepakatan enam bank sentral yang dipimpin The Federal Reserve (The Fed) untuk menurunkan bunga dollar AS di pasar swap antarbank menjadi 0,5% dari semula 1%.

Lima bank sentral lainnya adalah Bank Sentral Eropa, Bank Sentral Inggris, Bank Sentral Jepang, Bank Sentral Kanada dan Bank Sentral Swiss. Langkah pemangkasan bunga itu ditempuh demi mengatasi kekeringan likuiditas dollar AS.

"Krisis Eropa selama ini menekan harga minyak. Jadi, kebijakan apapun yang dilakukan untuk menenangkan situasi Eropa akan baik untuk pasar," ujar Tom Bentz, Direktur BNP Paribas Prime Brokerage seperti dikutip Bloomberg, kemarin.

Analis SoeGee Futures, Nizar Hilmy, menilai kabar positif dari sektor perbankan Eropa mungkin hanya mendongkrak sesaat harga minyak. "Langkah ini sebetulnya hanya pereda rasa sakit, bukan penyembuh. Ini hanya efek psikologis semata," ujar Nizar.

Dia memperkirakan harga minyak berfluktuasi di kisaran US$ 95-US$ 105 per barel, dengan kecenderungan melemah setelah menyentuh level di atas US$ 100 per barel.

Isu geopolitik di Iran sejatinya terus menopang harga minyak. Pasalnya konflik Iran berpotensi menghambat produksi maupun distribusi minyak sehingga mendongkrak harga minyak. Iran merupakan negara yang memproduksi minyak terbesar kedua dalam kelompok OPEC.

Sedangkan analis Monex Investindo Futures, Ariana Nur Akbar lebih pesimis melihat pergerakan harga minyak mentah pada akhir tahun ini dan awal tahun depan.

Nur Akbar memperkirakan harga minyak di bulan Desember berada di rentang US$ 96-US$ 100 per barel. Jika IMF bersedia membantu Uni Eropa dalam menyelesaikan masalah utang, maka ini menjadi penopang bagi harga minyak.

Di sisi lain, jika Fitch Ratings jadi memangkas peringkat utang AS, maka harga minyak akan merosot.

Nur pun memperkirakan dengan tingginya harga minyak saat ini, OPEC berpeluang meningkatkan produksi minyaknya.

"Harga saat ini bagus, tetapi rapuh untuk jatuh kembali. Apalagi unsur spekulasi pada minyak masih kuat," kata Nur Akbar. Dia menebak harga minyak di kuartal pertama 2012 menyentuh titik terendah di US$ 92-US$ 94 per barel.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar