Jumat, 02 Desember 2011

Pilih Saham Sensitif Inflasi dan Aksi Buy Back

INILAH.COM, Jakarta – Laju IHSG hingga penutupan, diprediksi variatif. Saham-saham yang sensitif inflasi seperti perbankan, properti dan otomotif bisa jadi pilihan. Juga, emiten yang punya aksi buy back.

Analis Sekuritas Ekokapital Cece Ridwanullah memperikirakan, indeks saham domestik akan bergerak variatif hingga penutupan sore nanti. Jika naik akan terbatas dan begitu juga sebaliknya. “Indeks akan bergerak dalam kisaran support 3.740 dan resistance 3.850,” katanya kepada INILAH.COM, di Jakarta, Jumat (2/12).

Menurut Cece, variatifnya pergerakan indeks hari ini dipicu oleh adanya tarik menarik antara aksi beli di satu sisi tapi profit taking di sisi yang lain. Pada saat yang sama, pergerakan bursa Asia juga minus tipis seperti Hang Seng tapi Nikkei Jepang mengalami penguatan tipis. “Jadi, market istirahat terlebih dahulu karena kemarin rebound besar-besaran,” ujarnya.

Selain itu, lanjutnya, pergerakan indeks juga dipengaruhi oleh penantian pasar atas data ekonomi yang akan dirilis di AS nanti malam yakni tingkat pengangguran dan non-farm payrolls. “Karena itu, laju market variatif,” tandas Cece.

Padahal, kata Cece, kemarin ada rencana besar-besaran dari 6 bank sentral utama dunia untuk menyediakan likuiditas lunak bagi perbankan yang terdampak negatif krisis utang. Rencana itu dikoordinasikan oleh Bank Sentral AS, The Fed. “Tapi, di market tampak ada kekhawatiran bahwa solusi krisis utang Eropa belum diterapkan secara jitu,” ucapnya.

Karena itu, ia menambahkan, semalam pun pergerakan bursa Dow Jones bervolume tipis. Kondisi ini menandakan adanya kekhawatiran dari investor. Variatifnya indeks juga faktor akhir pekan sehingga kebanyakan investor tidak mau berspekulasi untuk masuk. “Sebab, pada saat libur, Sabtu dan Minggu takut ada berita-berita negatif yang tidak diharapkan terutama dari Eropa dan soal pengangguran AS,” paparnya.

Di atas semua itu, Cece merekomendasikan saham-saham yang terpengaruh positif inflasi seperti perbankan, properti, dan otomotif pada grup Astra. Sementara itu, menurutnya, saham-saham batu bara tampak stagnan seiring penurunan harga minyak.

Inflasi November sudah diumumkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) yang angkanya berada di jalur yang benar (melandai) meskipun angkanya 0,34% sedikit di atas ekspektasi 0,33%. “Tapi year on year masih melandai di level 4,15%,” imbuhnya.

Saham-saham pilihannya adalah PT Alam Sutera Realty (ASRI), PT Kawasan Industri Jababeka (KIJA), dan PT Surya Semesta Internusa (SSIA). Lalu, PT Bank Mandiri (BMRI), PT Bank Rakyat Indonesia (BBRI) dan PT Bank Central Asia (BBCA).

Yang terpengaruh positif oleh inflasi juga grup Astra. Saham pilihannya adalah PT Astra Internasional (ASII), PT United Tractor (UNTR), dan PT Astra Agro Lestari (AALI). Di sektor pertambangan direkomendasikan saham PT Bukit Asam (PTBA) karena alasan aksi korporasi buy back saham. “Saya rekomendasikan buy on support saham-saham tersebut,” imbuhnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar