Jumat, 02 Desember 2011

Lelang SUN batal, volume transaksi obligasi di pasar sekunder melonjak 40,5%

Lelang SUN batal, volume transaksi obligasi di pasar sekunder melonjak 40,5%
JAKARTA. Pasar Obligasi pemerintah dan obligasi korporasi di pasar sekunder kembali ramai. Penerima Laporan Efek (PLTE) di Bursa Efek Indonesia (BEI) melaporkan, pada penutupan perdagangan Kamis (1/12), volume perdagangan obligasi mencapai Rp 10,3 triliun. Jumlah tersebut melonjak 40,5% dibanding hari sebelimnya Rp 7,3 triliun.

Pada periode yang sama, frekuensi perdagangan juga naik 20,2% menjadi 541 transaksi, dari sebelumnya 450 transaksi.

Corporate Secretary Indonesia Bond Pricing Agency (IBPA) Tumpal Sihombing bilang, obligasi seri FR0059 bertenor 15,46 tahun dan berkupon 7%, menjadi obligasi pemerintah teraktif. Total volume perdagangan surat utang ini mencapai Rp 1,6 triliun, dengan 131 transaksi.

Sementara obligasi Clipan Finance Indonesia III Tahun 2011 Seri C (CFIN03C) bertenor 2,94 tahun dengan kupon 10,25% menjadi obligasi korporasi teraktif diperdagangkan. Volume transaksi mencapai Rp 7 milliar dan 6 transaksi.

Dealer Fixed Income Bank Rakyat Indonesia (BRI) M. Victor Antariksa menyebut, tren perdagangan yang signifikan di pasar sekunder dikarenakan adanya pembatalan lelang Surat Utang Negara (SUN), yang seharusnya digelar 6 Desember nanti.


"Karena investor tidak mendapat kesempatan membeli obligasi di pasar primer, maka investor larinya ke pasar sekunder," urai Victor, Jumat (2/12). Sementara, sentimen pemangkasan biaya pinjaman oleh keenam bank sentral dunia, juga berkontribusi meningkatkan risk appetite investor sampai saat ini.

Tumpal mengingatkan, kendati pasar telah reli sepanjang tiga hari terakhir, namun sejumlah sentimen negatif mulai kembali bermunculan di pasar. Antara lain, Departemen Tenaga Kerja AS yang merilis klaim pengangguran per 26 November naik 6.000 ke posisi 402.000, lebih tinggi dari perkiraan 43 ekonom yang disurvei Bloomberg sebesar 390.000. "Ini menjadi sinyal bahwa pemulihan pasar tenaga kerja di AS berjalan sangat lambat," katanya.

Hal yang sama juga terjadi di Prancis, tingkat pengangguran Prancis kembali menanjak di kuartal III. Badan Statistik Nasional Prancis menunjukkan tingkat pengangguran Prancis naik ke level 9,7% dari sebelumnya 9,6% di kuartal II. Sedangkan dari China, aktivitas industri manufaktur China turun ke level terendah pada November 2011 sejak Maret 2009. "Ini disebabkan kekhawatiran perlambatan ekonomi global akan berdampak pada ekspor produk-produk asal China," imbuh Tumpal.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar