Selasa, 13 Desember 2011

Reposisi Bisa Perkuat Rupiah

Reposisi Bisa Perkuat Rupiah
INILAH.COM, Jakarta - Kurs rupiah di pasar spot valas antar bank Jakarta, Selasa (13/12) diprediksi menguat tipis seiring reposisi oleh pelaku pasar. Tapi, pada dasarnya sentimen Eropa masih negatif.

Kepala Riset Monex Investindo Futures Ariston Tjendra mengatakan, potensi penguatan rupiah hari ini semata faktor reposisi dari pelaku pasar setelah kemarin mengalami tekanan jual. Sebab, pada dasarnya pergerakan rupiah masih terpengaruh oleh sentimen lama sejak pekan lalu hingga akhir pekan ini yakni soal hasil Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Uni Eropa akhir pekan lalu.

Menurutnya, KTT itu dinilai pasar tidak akan membuat Uni Eropa bisa keluar dari krisis utang. Tapi, dilihat dari trennya, rupiah belum berhasil menembus kisarannya 9.000-9.100 per dolar AS. "Karena itu, pergerakan rupiah Selasa ini akan di sini-sini saja meskipun ada potensi menguat ke arah level 9.015 sebelum melemah kembali ke level 9.060-9.070 per dolar AS," katanya kepada INILAH.COM.

Memang, kata Ariston, pekan ini ada agenda Federal Open Market Committee (FOMC) yang akan memutuskan suku bunga acuannya pada Rabu (14/12) dini hari. Hanya saja, suku bunga dipastikan tetap di level 0-0,25% sehingga pengeruhnya netral ke market.

Apalagi, lanjutnya, diperkirakan, The Fed baru akan mengeluarkan Quantitative Easing (QE) pada 2012. "Kecuali, jika The Fed memberikan sinyal QE tahap ketiga, sehingga tentu akan jadi tekanan bagi dolar AS dan dengan sendirinya bakal memperkuat rupiah," ucap Ariston.

Di sisi lain, pada Selasa (13/12) ini juga akan ada data penting yang dirilis dari Eropa yang juga mungkin akan menggerakkan pasar yakni data Zew Economic sentiment Jerman dan data inflasi Inggris. "Data-data tersebut, jadi patokan bagi pasar apakah situasi ekonomi Eropa memburuk atau tidak pasca-KTT akhir pekan lalu," ujarnya.

Menurut Ariston, sentimen ekonomi Jerman diprediksi memburuk dari -55,2 jadi -56,1. Sementara itu, inflasi Inggris diperkirakan secara tahunan (year on year) turun dari 5% jadi 4,8%. "Penurunan ini, bisa dipicu oleh perlambatan ekonomi." ungkap dia.

Ariston menegaskan, jika dirilis seperti yang diperkirakan, bisa menjadi sentimen negatif bagi mata uang euro dan jadi tekanan bagi rupiah. "Karena itu, potensi penguatan rupiah hari ini jadi terbatas," imbuhnya Ariston. "Tapi, jika dilihat dari trennya, rupiah masih aman-aman saja dalam kisaran 9.000-9.100."

Asal tahu saja, kurs rupiah di pasar spot valas antar bank Jakarta, Senin (12/12) ditutup melemah 31 poin (0,34%) ke level 9.076/9.086 per dolar AS.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar