Senin, 30 Januari 2012

Apakah Euro Akan Bertahan?

Headline
INILAH.COM, Davos - Saat makan malam perpisahan untuk Kepala Bank Nasional Swiss Philipp Hildebrand, beberapa tamu termasuk para gubernur bank sentral terdahulu dan saat ini diserahi selembar kertas kosong. Untuk apakah kertas ini?

Ternyata, sebelum mereka memulai makan malam, mereka diminta untuk menuliskan pandangan mereka akan kemungkinan keruntuhan euro dalam lima tahun ke depan. Selain itu, mereka ditanya apa langkah yang akan mereka ambil untuk pasar keuangan bila dihadapkan dalam keadaan tersebut.

Saat diumumkan usai makan malam, bankir-bankir internasional tersebut menyatakan hampir tidak dapat menemukan solusi untuk membantu krisis Eropa.

Rata-rata tamu yang datang, dari Swiss, zona euro, Amerika Utara dan Amerika Latin, memperkirakan peluang euro untuk bertahan hingga lima tahun ke depan hanya sebesar 21%. Mereka menyimpulkan bahwa di pasar, euro dalam lima tahun ke depan hanya akan bertahan 35% dari nilai tukar saat ini. Sementara beberapa bankir lainnya enggan untuk mengungkapkan isi kesimpulan yang ada.

Berbeda dengan pandangan sebelum Natal tahun lalu, beberapa pihak kini berharap mata uang euro akan menguat tahun ini seiring dengan kucuran dana murah yang diberikan Bank Sentral Eropa (ECB). "Kami tahu pasti bahwa kita telah terhindar dari krisis utama, krisis kreditn krisis pendanaan," tutur Kepala Delegasi ECB Mario Draghi, seperti dikutip dari Reuters, Senin (30/1). Para bankir yang hadir pun setuju atas pernyataan tersebut.

Sinyal positif lainnya adalah pernyataan yang dikeluarkan Yunani bahwa kesepakatan dengan kreditur swasta terkait kepemilikan obligasi nyaris mendekati kata sepakat, yaitu 70% kreditur telah menerima ketentuan yang diajukan. Hal tersebut merupakan bagian dari dana talangan tahap kedua. Alternatif restrukrisasi utang ini sebenarnya berpotensi stagnan dan kacau. Bahkan jika Yunani diselamatkan lagi, masih banyak yang harus dilakukan untuk memulihkan kepercayaan pasar pada kelangsungan jangka panjang euro.

Kesangsian atas keberlangsungan 'hidup' mata uang euro sangat terlihat di Amerika Utara dan Asia, dimana para investor tidak sabar dan tidak lagi percaya dengan sikap Uni Eropa.

Para bankir dan pelaku ekonomi dalam pertemuan tingkat tinggi pihak swasta yang berlangsung selama empat hari di Davos, banyak memberikn apresiasi atas kemajuan di Eropa.

Di pihak lain juga digelar pertemuan tertutup antara Draghi dengan Direktur Dana Moneter Internasional (IMF) Christine Lagarde untuk mencari solusi memperkuat pertahanan keuangan dalam melindungi zona euro.

Pertemuan yang juga dihadiri oleh menteri keuangan Perancis, Jerman dan Amerika Serikat, membicarakan rencana dana talangan senilai 1,5 triliun euro yang akan dibahas dalam pertemuan IMF April mendatang. Demikian diungkap salah satu partisipan.

Besar dana tersebut sebenarnya tergantung pada persetujuan Jerman atas mekanisme dana talangan baru sebesar 500 miliar euro, seiring dana talangan yang ada senilai 250 miliar euro yang dikucurkan ke Yunani, Portugal dan Irlandia.

Kanselir Jerman Angela Merkel tidak memberikan sinyal pasti atas dana talangan tersebut, selama di Davos. Beberapa pembuat kebijakan dan pelaku pasar berasumsi bahwa peningkatan dana penyelamatan yang ada akan memulihkan kepercayaan secara signifikan.

Dalam sebuah acara informal di Davos ini, mayoritas peserta mengatakan mereka percaya pada kelangsungan jangka panjang mata uang tunggal atau sekitar 10 tahun ke depan.

Keraguan pasar terfokus pada kemampuan Eropa untuk mengendalikan ekses fiskal di tengah pertumbuhan yang lambat dan tingkat pengangguran tinggi, serta kesenjangan yang tumbuh dalam daya saing ekonomi antara utara dan selatan Eropa.
"Pasar mengatakan bahwa kita mungkin memiliki keyakinan dalam 6 bula, tetapi kita tidak yakin kita memiliki keyakinan untuk 5 tahun atau 10 tahun," ungkap Wakil Ketua Grup Klien Institusional Citigroup Inc, Samuel Di Piazza.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar